Orangtua Tak Boleh Lengah, Menjaga dan Mendidik Anak di Era Digital
PEKALONGAN: Upaya mendidik anak menjadi satu hal yang cukup berat dilakukan oleh hampir semua orangtua di era perkembangan digital yang segalanya telah terkoneksi internet saat ini.
Tak bisa dimungkiri, selain memiliki sisi positif internet juga memiliki sisi negatif bagi perkembangan anak, khususnya mereka yang masih belum cukup umur. Orangtua pun diminta tak lengah, selalu waspada ketika memberi izin anaknya mengakses internet entah untuk kepentingan hiburan ataupun edukasi.
"Ada sejumlah hal yang perlu dilakukan orangtua agar anaknya aman berinternet," ujar videografer yang juga penulis naskah film Jarot Waskito dalam webinar literasi digital bertajuk "Menjaga dan Mendidik Anak di Era Digital" yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo untuk warga Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (4/8/2021).
Jarot menjabarkan, orangtua untuk pertama kali perlu selalu mengontrol dan memonitor situs website yang diakses anak-anaknya. Apakah sesuai dengan umur dan kebutuhan mereka. Pengaturan jenis tayangan bisa dilakukan orangtua diplatform yang diakses anak, menyesuaikan usianya.
"Orangtua jangan lupa membuat batasan waktu penggunaan gawai bagi anak. Ini penting menyangkut kedisiplinan anak pada waktunya," tegas Jarot.
Jarot juga mendorong orangtua, selain mendampingi anak saat mengakses internet, juga menanamkan sikap kritis lebih dini atas informasi yang ada. Internet juga bisa menjadi wahana bagi orangtua untuk mengajarkan anak mencintai budaya menulis seperti melalui blog.
"Hindari tayangan-tayangan yang berdampak negatif pada perkembangan anak dan sesering mungkin mengontrol aplikasi yang diinstal di ponsel mereka. Jangan sampai lengah soal ini," jelas Jarot.
Jarot menambahkan, orangtua perlu juga memahami apa efek positif dan negatif internet pada anak, sehingga bisa melakukan sejumlah langkah antisipasi dan motivasi. Dari internet, anak bisa mendapatkan informasi lebih beragam, membantu mereka untuk berkomunikasi, merangsang kreativitas dan memudahkan mereka dalam proses belajar.
Namun perlu diingat juga, internet punya sisi negatif bagi anak seperti gangguan fisik. "Gangguan fisik ini seperti gangguan kesehatan mata, anak jadi punya masalah dalam pola tidurnya, kesulitan berkonsentrasi, tidak seimbang pertumbuhan motorik kasar dan halusnya, serta gangguan pencernaan mereka ketika terlambat makan karena asyik main internet," tuturnya.
Tak hanya itu. Efek negatif internet pada anak, lanjut Jarot, juga bisa menyebabkan anak terlambat bicara dan lambat dalam pemahaman bahasanya. Selain itu, anak juga berpotensi membatasi pergaulan sosial jika sudah sampai tahap kecanduan internet.
"Perlu dipahami, di era ini anak adalah generasi digital dan orangtua adalah imigran digital. Ini memberi pengaruh besar bagaimana harus mendidik anak," kata Jarot.
Ciri anak generasi digital, masih kata Jarot, yakni mereka butuh ruang eksistensi lebih banyak. Mereka juga memiliki ruang privasi lebih longgar, butuh ruang belajar dan ruang berekspresi lebih luas.
Narsumber lain dalam webinar, dosen Fakultas Psikologi UI Dian Wisnuwardhani mengatakan, saat anak didampingi orangtua dengan gadgetnya, bukan sekadar menemani saja. Melainkan harus mengerti benar aktivitas yang anak lakukan dengan gadget itu.
"Cek aplikasi atau tontonan apa yang anak akses, lalu diskusikan bersama dan ajarkan anak membuka website yang bermanfaat seperti Ruang Guru, Quipper, Kelas Pintar, dan sejenisnya," kata Dian.
Dian juga menegaskan, gadget bukan alat penenang jika anak rewel. Justru hal paling berbahaya saat memberikan gadget pada anak ketika mereka marah atau ngambek.
"Hal itu akan mendorong anak selalu merasa nyaman dengan rasa ngambeknya, dengan ngambek aku dapat gadget. Itu akan menguatkan emosi negatif anak di masa depan," tegas Dian.
Webinar kali ini juga menghadirkan dua narasumber lain, yakni pegiat literasi media Heru Prasetia dan Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kemenag Pekalongan. (*)
Post a Comment