Menghadapi Perundungan Anak di Dunia Maya
Batang – Perundungan di dunia maya atau Cyberbullying merupakan bullying atau perundungan dengan menggunakan teknologi digital. Cyberbullying dapat dialami anak di media sosial, platform chatting, platform bermain game, dan ponsel.
Ketika bullying terjadi secara online, korban bisa merasa seperti diserang dari mana-mana, bahkan di dalam rumah sendiri. Dampak yang ditimbulkan pun dapat bertahan lama dan memengaruhi seseorang secara mental seperti merasa kesal, malu, bodoh, bahkan marah.
Selain itu juga berdampak secara emosional, misalkan merasa malu atau kehilangan minat pada hal-hal yang disukai dan juga secara fisik seperti lelah (kurang tidur), atau mengalami gejala seperti sakit perut dan sakit kepala.
Dalam kasus ekstrim, cyberbullying bahkan dapat menyebabkan seseorang mengakhiri nyawanya sendiri.
Cyberbullying dapat mempengaruhi dengan berbagai cara, tetapi tentunya masalah ini dapat diatasi dan orang-orang yang terdampak juga dapat memperoleh kembali kepercayaan diri dan kesehatan mental mereka.
Founder Istar Digital Marketing Centre, Isharsono mengatakan ada setidaknya 8 aktivitas yang masuk dalam perundungan ini. Beberapa di antaranya yakni menyebarkan berita bohong, pesan teror, memperolok di media sosial (mengirimkan berbagai pesan yang menyakiti, menghina, mengancam, dan sebagainya).
Kemudian juga mengubah foto tidak semestinya, perang kata-kata di dunia maya, membuat akun palsu untuk merusak reputasi orang, memperdaya seseorang untuk melakukan sesuatu yang memalukan, hingga mengucilkan seseorang dari grup daring.
”Ada beberapa kiat agar tetap tegar menghadapi bullying di dunia maya,” katanya, dalam webinar literasi digital dengan tema ”Menghadapi Perundungan Anak di Dunia Maya” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo bagi warga Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Senin (2/8/2021).
Isharsono mengungkapkan beberapa kiat itu seperti mengabaikan atau tidak merespon hal-hal yang masuk dalam kategori perundungan, kemudian mendokumentasikannya, tidak dipendam, memblokir pihak sebagai pelaku perundungan. ”Serta tetap tenang,” tegasnya.
Sementara, narsumber lainnya yakni Joko Eko Hapsoro sebagai Founder dan CEO Jogjania.com mengatakan ada beberapa bentuk perundungan siber pada anak.
Misalkan memposting foto yang dianggap memalukan, baik foto asli maupun yang sudah diubah sedemikian rupa. Lalu, mengirim pesan hingga ancaman yang menyinggung atau menyakitkan melalui platform chatting.
Termasuk pula menuliskan kata-kata menyakitkan pada kolom komentar media sosial. Kemudian pengiriman pesan yang mengancam atau menjengkelkan di jejaring sosial, ruang obrolan, atau game online.
Selanjutnya yakni mengucilkan atau mengecualikan anak-anak dari game online, aktivitas, maupun grup pertemanan lainnya.
“Juga membuat akun palsu, membajak, atau mencuri identitas online untuk mempermalukan seseorang atau menyebabkan masalah dalam menggunakan nama mereka,” bebernya.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Batang, Supriyono mengatakan ada beberapa tips dalam mengatasi Cyberbullying agar dapat hidup tenang baik dalam kehidupan nyata maupun di internet.
“Tips itu, seperti memberikan edukasi kepada anak mengenai etika di media sosial, memperlakukan orang dengan baik juga termasuk,” ucapnya.
Supriyono juga mengungkapkan, tips lainnya yaitu ketika mengirim pesan agar selalu yang positif, dan tidak merespon pesan dari pelaku perundungan. “Jika aksi Cyberbullying terus berlangsung, laporkan kepada pihak berwajib,” pungkasnya.
Webinar yang diandu oleh moderator Dannys Citra itu, juga menghadirkan narasumber Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Jakarta, Aminah Swarnawati dan key opinion leader Cyntia Ardila yang merupakan entertainer dan CEO CV Nirwasita.(*)
Post a Comment