Mencintai Produk Dalam Negeri Juga Bagian dari Pendidikan Karakter
KENDAL : Pada era digital ini, pemanfaatan teknologi secara bijaksana menjadi kunci utama dalam membentuk karakter peserta didik. Menurut Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi UNS Monika Sri Yuliarti, pendidikan karakter di era digital itu penting sebagai proses penerapan nilai-nilai moral, juga agama, melalui ilmu-ilmu pengetahuan. Caranya bisa melalui diri sendiri, keluarga, sesama teman, terhadap pendidik dan lingkungan sekitar.
"Bentuk aplikasi budaya digital dalam pendidikan karakter bisa dilakukan melalui pemahaman nilai Pancasila,” kata Monika saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital bertema "Tantangan Pembentukan Pendidikan Karakter di Era Digital" yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Jumat (27/8/2021).
Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Monika mengungkapkan, pemahaman nilai Pancasila contohnya, mampu menyeleksi informasi-informasi tentang agama dan kepercayaan dari sumber yang kredibel seperti tertuang dalam Sila 1.
"Bisa juga diwujudkan dengan bertoleransi dengan sesama siswa dalam pembelajaran online, walaupun terdapat perbedaan pilihan dalam gaya hidup, seperti tertuang dalam Sila 2," ujarnya.
Monika mengungkapkan, aplikasi budaya digital dalam pendidikan karakter juga bisa ditanamkan lewat kegiatan digitalisasi kebudayaan melalui teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Contohnya, mengunggah video upacara adat di media sosial atau menggunakan bahasa Indonesia baku saat mengerjakan tugas dalam proses pembelajaran.
”Mencintai produk dalam negeri juga menjadi bagian pendidikan karakter,” tandas Monika. Hal ini bisa dilakukan dengan gaya kekinian. Misalnya mengunggah foto diri di media sosial memakai produk UMKM lokal atau menggunakan platform media pembelajaran online karya anak negeri.
"Memahami digital rights, termasuk upaya pendidikan karakter yang perlu di dunia digital. Ini bisa dilakukan dengan cara menghargai data pribadi orang lain dan tidak menyebarkannya tanpa seizin pemilik. Atau, bahkan mungkin dengan tidak menghalangi orang lain jika ingin mengungkapkan pendapatnya," kata Monika.
Pendidikan karakter di era digital dinilai penting, karena anak pada generasi ini telah mengenal gaya hidup digital, baik itu dari rumah, teman-teman, sekolah maupun lingkungan sekitar. "Era digital tidak hanya punya akibat positif tapi juga negatif, sehingga peran pendidik, orangtua, dan masyarakat dewasa sangat penting dalam membimbing dan mengawasi anak untuk menjalani eranya secara bermanfaat positif," tambahnya.
Pendidikan karakter berguna, agar peserta didik sebagai penerus bangsa tak terjebak dengan godaan negatif dunia digital, melainkan mau menjaga akhlak dan moral untuk menciptakan tata kehidupan yang baik. Sebab, ketika pendidikan karakter dalam dunia digital ini lenyap, akan memunculkan banyak persoalan dalam konteks kebangsaan, mulai dari sentimen etnis, perselisihan antarsuku, kasus-kasus narkoba, pornografi, tawuran pelajar, kekerasan anak, hingga bullying.
"Pembentukan karakter sedari dini akan menumbuhkan budaya karakter bangsa yang baik serta mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat," tegas Monika.
Sementara itu, narasumber lain dalam webinar, peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Sabinus Bora Hangawuwali mengatakan, pendidikan karakter di era digital memang penting, karena itulah benteng bagi peserta didik dalam memilah, mengolah, merespon, juga memilih informasi digital yang terus membanjiri ruang digital.
"Pendidikan karakter secara tak langsung akan mengurangi overdosis informasi digital, sekaligus meningkatkan jiwa nasionalis dan mengetahui sikap yang ditunjukkan serta bijak dalam bertindak," ujar Bora.
Dimoderatori Nindy Gita, webinar ini juga menghadirkan narasumber lain yakni Dosen Unnes Semarang Arif Hidayat, Guru MA Nur Iman Wahyuni Herawati serta seniman Ones selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment