Kelola Beragam Potensi Teknologi Informasi, Wujudkan Sekolah Adiwiyata
Kulon Progo - Sekolah Adiwiyata merupakan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Sementara Program Adiwiyata adalah program untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Ringkasnya, inilah program pendidikan lingkungan hidup yang sangat menunjang pada pencapaian standar lulusan di sekolah. Karakter yang ingin dikembangkan dan dibiasakan pada Program Sekolah Adiwiyata, yakni: prinsip edukatif, partisipatif, dan berkelanjutan.
Prinsip edukatif mengandung makna pendidikan di sekolah harus dilakukan melalui berbagai macam pembiasaan, seperti bagaimana cara pemeliharaan, pelestarian, dan pengelolaan lingkungan hidup kepada semua warga sekolah.
Dengan prinsip edukatif ini, diharapkan dapat mengubah pola pikir dan perilaku warga sekolah menjadi manusia-manusia yang peduli lingkungan, menjadikan warga yang cinta lingkungan, baik di sekolah, di rumah, maupun di masyarakat.
Brandpreneur Edy SR mengatakan, potensi digital pun dapat dimanfaatkan bagi sekolah adiwiyata, mengingat warga Indonesia pada dasarnya optimis pada perkembangan dunia digital.
”Selain itu, hal ini menunjukkan peran internet ada di berbagai bidang, termasuk pendidikan untuk menumbuhkan kepedulian pada lingkungan hidup,” kata Edy dalam webinar literasi digital dengan tema ”Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Kegiatan Sekolah Adiwiyata” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo untuk warga Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (19/8/2021).
Apalagi, lanjut Edy, wabah pandemi Covid-19 juga telah memaksa pemerintah membuat kebijakan agar menjaga jarak fisik untuk meminimalkan risiko penyebaran virus. Ujungnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) merespons dengan kebijakan belajar dari rumah atau jarak jauh, melalui pembelajaran daring.
Pelaksanaan belajar dari rumah dengan pemanfaatan teknologi informasi yang berlaku secara tiba-tiba, tak jarang membuat pendidik dan siswa kaget. Begitu juga dengan orangtua, bahkan semua orang yang berada dalam rumah.
Dalam pelaksanaannya, ungkap Edy, ada banyak keluhan yang muncul dari siswa saat pembelajaran jarak jauh ini dilaksanakan. Beberapa di antaranya seperti pendidik merasa kaget karena harus mengubah sistem, silabus, dan proses belajar secara cepat. Sementara, siswa terbata-bata karena mendapat tumpukan tugas selama belajar dari rumah, tidak ada kuota internet, waktu belajar yang sedikit, hingga kekurangan alat pendukung.
Edy menegaskan, tantangan terbesar dalam edukasi secara online ini yakni pada kreativitas konten dan cara pengujiannya. ”Karena ternyata sekolah online tidak hanya mengajar materi offline yang kemudian di-online-kan,” katanya.
Untuk itu, sambung Edy, perlu ada kemampuan esensial dalam melaksanakan pembelajaran secara digital ini. Kemampuan yang dimaksud, yakni mampu mengelola beragam potensi teknologi informasi secara kreatif. Selain itu, juga perlu adanya inovasi dan kolaborasi.
”Ruang digital memungkinkan saling bertukar inspirasi untuk kolaborasi. Demikian pula bagi sekolah Adiwiyata, temukan potensi kolaborasinya agar sama-sama asyiknya,” ujar Edy di depan hampir 1.000 partisipan webinar.
Narasumber lain, Kepala SMA Negeri 1 Pengasih – Kulon Progo Vipti Retna Nugraheni mengatakan, untuk mewujudkan sekolah Adiwiyata terkait pemanfaatan teknologi diperlukan adanya kecakapan digital.
Menurut Vipto, kecakapan digital dapat berkembang dengan baik jika dijadikan budaya. Yakni, budaya menggunakan perangkat digital dengan baik maupun budaya berperilaku ramah lingkungan. ”Budaya akan terbentuk jika ada pemahaman dan pembiasaan. Misalnya membaca, menambah wawasan, dan pengetahuan lewat internet,” ucapnya.
Diskusi virtual yang dimoderatori Oony Wahyudi itu juga menghadirkan narasumber Staf Seksi Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup DLHK DIY Balau Eko Purwanto, dan fasilitator nasional Aulia Putri Juniarto, serta News Anchor RCTI, Shafinaz Nachiar selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment