Go Digital adalah Tuntutan Zaman. Ikuti atau Kita Bakal Tertinggal Semakin Jauh
Kini zaman bisnis serba digital. Kita sadari bersama, satu dekade ini dunia bisnis modern makin ketat bersaing. Semua dituntut serba cepat, mudah dan berlomba melayani konsumen menjadi yang terbaik. Satu senjata baru yang mutlak dikuasai adalah teknologi serba digital.
”Go digital adalah tuntutan zaman. Yang bisa segera beralih mendigitalkan layanan bisnisnya, insyaAllah bisa terus maju dan bersaing, baik secara regional, nasional bahkan kelas dunia bisa diraih. Sebaliknya yang berkutat dengan cara konvensional, jangan salahkan kalau ditinggal konsumen,” itu pesan I Wayan Wiryawan, dosen FEB Universitas I Gusti Ngurah Rai Bali, saat mengawali webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Jepara, Jateng, 29 Juni lalu.
Dalam diskusi virtual yang mengusung tajuk ”Usaha Ekonomi Digital Inspiratif” itu Wayan tak tampil sorangan. Dipandu moderator Bobby Aulia, tampil juga pembicara lain: Freesca Syafitri (Tenaga Ahli DPR RI yang juga dosen UPN Veteran Jakarta), Jota Eko Hapsoro (Founder dan CEO Jogjania.com), Widiasmorojati (konsultan bisnis) dan Indira Wibowo, public speaker yang tampil sebagai key opinion leader.
Dalam perspektif Wayan, bisnis digital sebagai suatu tantangan dan peluang baru sebenarnya bisa diambil oleh pemula yang tanpa modal atau pengusaha pemain lama yang ingin meluaskan pasar dengan mendigitalkan produknya lebih luas tanpa batas wilayah.
Bagi pemula, kata Wayan, perintis bisnis bisa memilih usaha afiliasi digital dengan menjualkan produk orang lain. Cukup posting foto dengan deskripsi menarik. Kalau deal, tinggal produsen yang kirim. Bisa lewat Shopee, Lazada atau buka toko online sendiri lebih menantang dan kreatif bikin promosinya.
Wayan mengingatkan, peluang membuka toko online untuk naik kelas buat usahawan lama sangat terbuka. Baik konveksi, kuliner, dan beragam produk lain. ”Dengan jual produk di toko online, maka potensi pasar dan orderan akan lebih luas dan lebih banyak. Kuncinya, kita mesti lincah dan makin cakap menggunakan piranti dan literasi digital,” terang Wayan lebih jauh.
Yang menyukai tantangan main komisi lebih besar daripada bermain komisi ala bisnis afiliasi digital, bisa menjadi makelar grosir atau menjual properti digital. Kalau ingin menjadi makelar besar ala dropship, tanpa gudang dan produksi sendiri, Anda bisa mencari buyer besar secara digital. Bisa juga dicoba mencari pembeli rumah atau mobil secara digital.
”Kuncinya bisa bikin konten narasi yang menarik untuk merayu pembeli agar membeli produk yang Anda tawarkan. Bikin website yang mandiri dan menarik. Ibarat punya toko virtual, Anda akan lebih sering disapa dan dikunjungi calon buyer kalau punya toko mandiri yang menarik secara visual,” pesan Jota E. Hapsoro dari Jogjania, berbagi pengalaman.
Dan, jangan salah, keterampilan menulis ala content writer juga menjadi dagangan yang dicari dan bisa dijual mahal di era digital. ”Di level dunia, perusahaan seperti Written Weekly atau di Indonesia seperti Babe, mereka mau lo membeli karya tulis dengan kualitas bagus yang mereka request. Lebih dihargai,” timpal Wayan.
Kunci sukses lain dalam bisnis digital adalah adaptif. Freesca Syafitri mengingatkan, teknologi digital itu mudah berubah. Jangan kaku pada peran suatu teknologi. Kita mesti bersikap gampang beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan cepat berinovasi dengan membuat produk baru yang diinginkan pasar, lalu segera promosikan produk baru kita secara menarik di media sosial digital.
”Bukan hanya dengan narasi menarik. Lebih cepat kalau ditunjang foto dan video yang menarik. Dengan begitu, konsumen lebih mudah menangkap kesan menarik dan minat untuk membeli. Untuk itu, kalau tak bisa dikerjakan sendiri, tidak ada salahnya ajak kolaborasi fotografer atau kreator konten untuk bekerja sama. Ini zaman bisnis kolaboratif,” papar Freesca, lebih gamblang.
So? Zaman sudah berubah, teknologi berlari cepat. Yang lama sudah digantikan oleh yang baru. Pelaku usaha dan masyarakat mesti adaptif dan cepat menyesuaikan diri dengan perubahan teknologi ini. ”Kalau tak mau terdisrupsi oleh perubahan teknologi bisnis yang serba digital dan tak mau ditinggal oleh perubahan zaman yang berlari cepat, ikuti saja atau kita bakal tertinggal semakin jauh,” pungkas Wayan, serius. (*)
Post a Comment