Cuan Mengalir Deras dengan Manfaatkan Dunia Digital, Ini Caranya
Semarang - Teknologi digital telah banyak menciptakan peluang lapangan pekerjaan. Tak hanya itu, kemudahan dan lingkungan kerja yang lebih fleksibel menjadi pilihan lapangan pekerjaan yang lebih menarik. Sebab, pekerjaan ini bisa memberikan keleluasaan untuk pekerja mengatur ritme kerjanya.
Sederet jenis pekerjaan bisa dilakukan hanya dari rumah saja, tambah lagi pekerjaan itu memberikan pemasukan yang cukup luar biasa. Era digital harus dimanfaatkan karena merupakan potensi bagi masyarakat untuk bekerja di industri digital.
Enterpreneur & Co-Founder Rempah Karsa, Seno Adi Nugroho mengatakan, ada banyak peluang lapangan pekerjaan di era digital ini. Ia mengambil contoh bisnis blogging ala kampung blogger yang ada di Kota Magelang, Jawa Tengah.
Ia menyebut di kampung blogger tersebut, Sumbodo Malik dan kawan-kawan mampu menghasilkan uang dari internet. Mereka membuat banyak blog berbahasa Inggris dengan beragam topik. Dari blog itulah cuan didapatkannya.
”Di semua blog mereka, lalu dipasang iklan Google Adsense,” katanya dalam webinar literasi digital dengan tema ”Membaca Peluang Peningkatan Mata Pencaharian di Pedesaan di Era Digital” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo untuk warga Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, pada Rabu (11/8/2021).
Contoh lain yakni jualan online ala Kampung Marketer yang ada di Kabupaten Purbalingga. Di sana, penggagasnya Nofi Nayu Darmawan mengambil jalan nekat. Melepaskan statusnya sebagai pegawai negeri di salah satu kementerian, kemudian kembali ke kampungnya untuk mengembangkan jualan online miliknya dan berbagai ilmu ke pemuda lingkungannya.
”Bila Kampung Blogger menghasilkan uang dari program periklanan PPC Google Adsense, untuk Kampung Marketer menghasilkan uang dari berjualan online,” tutur Seno.
Di mata Seno, peluang meningkatkan mata pencaharian di pedesaan saat era digital ini bisa juga dengan menjual hasil pertanian di desa. Menurutnya, banyak petani yang merasa kesulitan untuk memasarkan hasil pertanian mereka ke kota lain. Sebagus apa pun hasil pertanian yang dihasilkan, bila tanpa pemasaran yang baik maka akan sulit menjualnya.
Tak hanya hasil sektor pertanian saja, namun bisa juga menjual berbagai jasa dari kampung melalui online. Ia mengatakan, ada banyak sekali keahlian yang bisa dujual secara online.
Seno menyebut beberapa jasa yang paling sering dicari di internet di antaranya adalah jasa penulis artikel, jasa desain grafis, pemasaran online (Google Adwords, Facebook Ads, email marketing, SEO, dan lainnya). ”Bisa juga jasa membuat dan mengelola website, jasa membuat aplikasi smartphone, maupun jasa keahlian membuat video animasi,” tuturnya.
Selain menjual jasa, lanjut Seno, orang juga bisa menjadi artis Youtuber walaupun tinggal di desa. ”Sekarang ini menjadi orang terkenal di internet bukanlah hal yang mustahil dan mahal. Media sosial bisa menjadi sarana yang sangat efektif untuk bisa terkenal serta menghasilkan uang secara online, salah satunya adalah dengan memanfaatkan youtube,” ujarnya.
Hal penting lain, lanjut Seno, pengguna digital perlu memiliki digital safety, yakni kemampuan individu dalam menganalisis dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam kehidupan sehari -hari.
Selain itu, imbuh Seno, pengguna digital juga perlu memahami kompetensi keamanan digital, yang mencakup pengetahuan dasar mengenai proteksi identitas digital dan data pribadi di platform digital, mengenal penipuan digital, hingga bagaimana memahami fitur proteksi perangkat keras.
Terkait maraknya kasus penipuan melalui online, Seno menyarankan para pengguna digital untuk tak ragu melaporkan kejadian yang menimpanya ke beberapa tempat aduan seperti patrolisiber.id misalnya.
”Sebagai masyarakat digital yang cerdas kita harus bijak dalam menggunakan media digital untuk membaca peluang peningkatan mata pencaharian di pedesaan di era digital. Kita dapat mencantumkan aspek keamanan digital agar dapat terhindar dari tindak kejahatan media digital,” ucapnya.
Narasumber lainnya, pengajar Universitas Diponegoro Semarang Amni Zarkasyi Rahman mengatakan, klasifikasi desa berdasarkan mata pencaharian dipengaruhi oleh potensi sumber daya alam. Desa agraris misalnya memiliki potensi di bidang pertanian, desa nelayan di laut, kemudian desa industri atau kerajinan.
Ia mencontohkan seorang pemuda di Palembang yang sukses mengembangkan hidroponik online di saat pandemi Covid-19. Pemuda tersebut awalnya bermain internet, kemudian ada konten tentang hidroponik.
Pemuda itu kemudian mengajak bertemu pemilik tanaman hidroponik tersebut untuk mengobati rasa penasarannya hingga akhirnya dia memutuskan mengembangkan bisnis tersebut.
Amni juga mewanti-wanti agar pengguna digital mewaspadai terhadap bahaya malware, yakni perangkat lunak yang dirancang untuk mengendalikan perangkat secara sembunyi-sembunyi dengan tujuan mengambil data pribadi, data akun, hingga data finansial.
Beberapa cara pencegahannya yakni dengan hati-hati membuka lampiran kiriman email, mengunduh file dari situs terpercaya maupun menghindari mengakses dan mengunduh file dari situs berbagi file.
”Jika ingin berbagi perangkat keras penyimpanan file, hanya kepada orang atau komputer yang sudah kita percayai saja,” ucapnya.
Dalam diskusi virtual yang dimoderatori Fernand Tampubolon itu, hadir pula narasumber lain yakni Koordinator Wilayah Pendamping Desa/TPP Pusat, P3MD Kemendes PDTT, Muhammad Arwani dan Dosen Pendidikan Anak Unnes Ali Formen Yudha, serta Influencer Mellynda Alvinia sebagai key opinion leader. (*)
Ternyata dunia digital bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan uang ya, nice info
ReplyDelete