Aneka Jurus Menjaga Kualitas Belajar dari Rumah
BOYOLALI: Pentingnya beretika dalam perilaku, khususnya di era digital, dilatari satu fakta bahwa manusia dengan kodratnya hidup di tengah masyarakat yang saling membutuhkan dan bergantung satu sama lain.
Kasie Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama Kabupaten Boyolali Sauman menjelaskan, dengan kodratnya, manusia menjadi makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dibandingkan makhluk yang lain karena memiliki tiga hal mendasar: hati, pikiran, dan akhlak.
Soal hati sendiri terkait dengan manusia yang punya perasaan, sedangkan pikiran soal ilmu pengetahuan, dan akhlak menyangkut soal perbuatan atau perilakunya.
"Oleh sebab itu, tiga hal yang ada dalam diri manusia itu harus seimbang, untuk membedakannya dengan binatang yang hanya memiliki insting. Ini yang perlu dipegang ketika manusia berinteraksi baik di dunia nyata maupun dunia maya," ujar Sauman saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital bertema ”Menjaga Kualitas Belajar dari Rumah" yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (14/8/2021).
Sauman mengatakan, sebagai seorang manusia yang hidup di era digital, maka penting memahami pilar etika dalam media sosial yang menjadi bagian media digital paling populer saat ini.
"Tiap pengguna ketika berinteraksi di media sosial punya kesadaran penuh. Dengan kata lain, aktivitas bermedia digital memiliki tujuan," ujar Sauman. Selain itu, lanjutnya, pengguna media sosial juga perlu menjunjung integritas. Hal ini penting karena ranah digital rentan terhadap manipulasi.
"Pengguna media sosial bertanggung jawab akan akibat yang timbul dari bermedia digital, serta memperhatikan aspek kebajikan," tegas Sauman.
Menurut Sauman, etika-etika dalam bermedsos harus dijaga dengan bijaksana seperti menghindari penyebaran SARA, pornografi dan aksi kekerasan. Sebab, selain melanggar norma dan hukum, juga tidak berguna bahkan bisa menyebabkan konflik antar sesama.
"Etika lainnya, berhati-hatilah, jangan terlalu mengumbar informasi pribadi, kehidupan pribadi dan hal pribadi yang sensitif di media sosial. Hati-hati terhadap akun yang tidak dikenal," ujar Sauman.
Sauman menambahkan, etika yang perlu dijaga di media sosial yang tak kalah penting saat berkomunikasi antar pengguna situs jejaring sosial, jangan sampai keluar kata-kata kasar entah secara sengaja ataupun tidak sengaja. "Pakailah bahasa yang layak dan sopan, pergunakan bahasa secara tepat dan perhatikan dengan siapa kita berkomunikasi," ujarnya.
Sauman menyarankan, sebagai bagian etika, pengguna juga mesti mawas diri, khususnya pada kebenaran informasi yang beredar atau yang hendak diunggah maupun disebarluaskan.
"Sebagai manusia kita dibekali dengan akal. Kita mesti cerdas dalam menangkap sebuah informasi, terlebih sebelum ikut menyebarkan informasi tersebut. Sebaiknya benar-benar kroscek akan kebenaran informasi terlebih dahulu," tegasnya.
Sauman juga menyarankan pemanfaatan medsos bukan untuk mencari musuh dan masalah, melainkan untuk memperluas relasi dan pengembangan diri.
"Generasi digital saat ini memiliki ciri khas dalam hal pengelolan identitas diri, pengelolaan privasi, memiliki kebebasan berekspresi besar dan proses belajar yang didukung penuh kemajuan digital," kata dia.
Narasumber lain dalam webinar, yakni Pengawas Kantor Madrasah Kementerian Agama Kabupaten Grobogan, Suyanto mengatakan, dalam kemajuan digital ini, proses pembelajaran bisa dimaksimalkan dengan berbagai upaya.
"Misalnya dengan penerapan sistem blended learning yang bisa menjadi satu strategi untuk mengkombinasikan sistem belajar di dalam kelas atau tatap muka dengan sistem pembelajaran online berbasis teknologi dan informasi," kata dia.
Di masa pandemi Covid-19 ini, lanjut Suyanto, sistem pembelajaran berbasis blended learning dapat menjadi inovasi yang bermanfaat bagi pembelajaran siswa dengan pengkayaan materi yang bisa dieksplorasi dari berbagai sumber dari internet.
Webinar yang dimoderatori Dwiky Naray ini juga menghadirkan narasumber lain, yakni Rahmat Afian Pranowo (fasilitator nasional), Heru Prasetia (pegiat literasi digital)
serta Gloria Vincentia selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment