Agar Kualitas Belajar Online Tetap Terjaga, Guru Harus Miliki Kemampuan Ini
Sleman – Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi begitu pesat, sehingga menghasilkan berbagai platform digital yang dapat menunjang pembelajaran jarak jauh (PJJ). Sebut misalnya Google Classroom, Ruangguru, Quipper, dan portal-portal e-learning yang dikembangkan lembaga pendidikan, merupakan contoh learning management system yang sering digunakan.
Digital Enthusiast & Founder Start Up Resep_Coffee, Burhan Abe mengatakan, dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh yang dilakukan seringkali ditemui berbagai hambatan dan tantangan. Selain keterbatasan sarana pendukung seperti gadget dan internet, tantangan juga terkait kurangnya kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang melaksanakan PJJ. Kesiapan SDM ini berkaitan dengan kemampuan pengajar dan pembelajar dalam menggunakan serta mengelola sistem teknologi atau yang sering disebut literasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
”Kompetensi dan literasi dalam menggunakan komputer dan berselancar di internet adalah keterampilan dasar yang dibutuhkan,” kata Burhan Abe dalam webinar literasi digital dengan tema ”Saatnya Peserta Didik dan Guru Terampil Belajar Daring (Online)” yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk warga Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (27/8/2021).
Abe mengungkapkan, literasi TIK itu dipengaruhi oleh umur. Menurut survei, generasi muda lebih technology friendly dibandingkan generasi yang lebih tua. Misalnya, keterampilan mahasiswa terhadap literasi media, sangat mumpuni. Mereka mempunyai kemampuan mengakses, berpikir kritis terhadap sebuah konten, juga mampu mengenali dan mengerti keakuratan sebuah informasi. ”Gap generasi ini bisa menjadi penghambat kelancaran pelaksanaan pembelajaran daring,” ujarnya.
Untuk itu, Abe meneguhkan pentingnya literasi digital dimiliki oleh pengajar dan pembelajar. Literasi digital secara sederhana diartikan sebagai kecakapan memahami dan menggunakan informasi dari berbagai tipe format sumber-sumber informasi yang lebih luas, dan mampu ditampilkan melalui perangkat komputer.
Literasi digital merupakan kecakapan penting yang dibutuhkan untuk beradaptasi di zaman yang serba modern ini, serta untuk mengantisipasi penyebaran informasi negatif. ”Kemampuan literasi digital menjadikan seseorang mampu berpikir kritis, kreatif, dan inovatif, memecahkan masalah, berkomunikasi dengan lebih lancar, dan berkolaborasi dengan lebih banyak orang,” kata dia.
Sedangkan faktor utama penentu keberhasilan PJJ, yakni: pengajar, siswa dan media. Pengajar harus memiliki kemampuan dan keterampilan dalam menggunakan media penunjang. Selain itu, pengajar pun harus memiliki kreativitas dan pengalaman dalam melakukan serta mengemas interaksi virtual dengan para pembelajar.
”Sementara, teknologi merupakan media, alat dan sarana penunjang terjadinya proses interaksi antara pengajar dan pembelajar,” ujar Abe. Siswa juga harus memiliki beberapa kompetensi, yakni spirit belajar, literasi terhadap teknologi, kemampuan berkomunikasi intrapersonal, berkolaborasi, dan keterampilan untuk belajar mandiri.
Narasumber lain, Staf Pengajar Departemen Ilmu Komunikasi Fisipol UGM Yogyakarta, Novi Kurnia mengatakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tetap aman dalam memanfaatkan teknologi sebagai media pembelajaran.
Seperti dengan memproteksi perangkat digital, yakni membuat kata sandi yang rumit, memanfaatkan fingerprint authentication ataupun face autentification. Kemudian juga memproteksi perangkat lunak, dengan cara backup data, dan memakai antivirus. Selanjutnya mewaspadai kejahatan online dalam bentuk scam, yakni: penipuan atau pencurian data, lalu spam yakni pengiriman pesan berupa iklan atau panggilan telepon terus menerus tanpa dikehendaki penerimanya.
Kemudian modus phishing, yakni duplikasi situs web, aplikasi bank, atau provider dan hacking yang merupakan peretasan pembobolan situs website dan komputer. Novi berharap, orangtua memberikan pengertian kepada anak mengenai bagaimana menjaga keamanan digitalnya. ”Dampingi dan batasi penggunaan gawai di luar belajar, dengan kesepakatan bersama anak,” ujar Novi, yang juga koordinator nasional Japelidi (Jaringan Pegiat Literasi Digital).
Dipandu moderator Dannys Citra, diskusi virtual ini juga menghadirkan narasumber: Yuni Wahyuning (praktisi pendidikan), Muhammad Mustafid (Ketua LPPM UNU Yogyakarta), dan Suci Patia selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment