Tantangan Milenial menjadi Pemimpin dalam Transformasi Digital
Sragen - Dosen Universitas Negeri Semarang, Arif Hidayat, mengungkapkan, pada 2020 generasi milenial mendominasi populasi di Indonesia dengan porsi sekitar 34 persen dan akan terus mendominasi hingga memimpin pada 2035 nanti.
"Dari posisinya yang mendominasi populasi di Indonesia itu, ada sejumlah hal yang patut dicermati dari karakter generasi milenial ini, bagaimana kelak mereka menjadi pemimpin di masanya," kata Arif Hidayat dalam webinar literasi digital besutan Kementerian Kominfo dan Debindo yang digelar untuk warga Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Senin (5/7/2021).
Dalam webinar yang mengusung topik Tantangan Milenial menjadi Pemimpin dalam Transformasi Digital dan dipandu moderator Thommy Rumahorbo serta dihadiri Endy Agustin sebagai key opinion leader itu, Arif mengatakan, perilaku yang sangat menonjol dari generasi milenial di Indonesia tak lain sangat kecanduan internet.
"Dalam sehari rata-rata generasi milenial bisa menggunakan internet dengan durasi lebih dari 7 jam," kata Arif dalam webinar yang menghadirkan narasumber Tobirin (staf pengajar Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto), Andika Renda Pribadi (Kaizen Room) dan Ari Ujianto (pegiat advokasi sosial) itu.
Arif mengatakan, karakter milenial lainnya: loyalitas generasi milenial ini rendah. "Milenial ini kelompok yang mudah berpaling hati, apalagi saat ada produk yang lebih bagus, generasi milenial dengan mudah akan berpaling," kata dia.
Milenial ini termasuk pula kelompok yang cuek politik. Milenial dinilai cenderung acuh tak acuh dengan dunia politik dan cenderung lebih menyukai olahraga, film, dan IT.
"Namun di satu sisi, kelompok milenial ini terhitung kelompok yang peduli terhadap masalah sosial. Mereka menganggap tidak mementingkan kepemilikan barang, asalkan masih bisa mengakses hal yang dibutuhkan," tutur Arif.
Misalnya saja, dengan perkembangan transportasi daring menunjukkan generasi milenial merasa tidak perlu membeli kendaraan.
"Mayoritas milenial ini juga lebih memilih melakukan transaksi non-tunai dengan porsi 59 persen. Pilihan inilah yang membuat milenial memiliki dompet 'tipis', namun bukan berarti mereka tidak memiliki uang," kata Arif.
Perkembangan teknologi juga mendorong milenial memiliki kemampuan multi-tasking. Perilaku ini membuat milenial terbiasa melakukan dua hingga tiga pekerjaan sekaligus.
Dengan karakter umum generasi milenial itu, Arif mengatakan, perlu menjadi refleksi agar ke depan milenial saat ini tampil sebagai pemimpin dapat lebih bijaksana.
"Ada beberapa hal yang harus diantisipasi milenial di masa depan terkait kemajuan teknologi. Mereka akan berhadapan dengan fenomena dehumanisasi, e-colinialisasi, ketimpangan, kekacauan sekaligus kejutan sosial," jelas Arif.
Andika Renda Pribadi dari Kaizen Room dalam paparannya mengatakan tantangan milenial menjadi pemimpin di masa datang antara lain karena banyaknya generasi pada satu masa itu.
"Banyaknya generasi pada masa bersamaaan itu menyebabkan potensi persaingan yang liar dan tidak lagi linier," ujar Andika.
Sebagaimana wilayah lain, di Kabupaten Sragen Kementerian Kominfo juga akan menyelenggarakan serangkaian kegiatan Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital selama periode Mei hingga Desember 2021.
Serial webinar ini bertujuan untuk mendukung percepatan transformasi digital, agar masyarakat makin cakap digital dalam memanfaatkan internet demi menunjang kemajuan bangsa.
Warga masyarakat diundang untuk bergabung sebagai peserta dan akan terus memperoleh materi pelatihan literasi digital dengan cara mendaftar melalui akun media sosial @siberkreasi. (*)
Post a Comment