Peluang dan Tantangan Pendidikan Karakter di Era Digital
Bantul – Pendidikan karakter ialah pendidikan yang mengedepankan esensi dan makna terhadap moral dan akhlak, sehingga hal tersebut akan mampu membentuk pribadi peserta didik yang baik.
Definisi pendidikan karakter itu disampaikan Wakil Ketua Bidang Akademik STAI Khozinatul Ulum Blora Ahmad Syaifulloh, saat mengawali paparannya pada acara webinar literasi digital bertajuk ”Peluang dan Tantangan Pendidikan Karakter di Era Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Bantul, DIY, Jumat (16/7/2021).
Ahmad Syaifulloh mengatakan, ada empat fungsi pendidikan karakter; Pertama, untuk mengembangkan potensi dasar dalam diri manusia sehingga menjadi individu yang berpikiran, berhati, dan berperilaku baik.
Kedua, untuk membangun dan memperkuat perilaku masyarakat yang multikultur. Ketiga, untuk membangun generasi bangsa yang tangguh, di
mana masyarakatnya berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi, dan
bergotong-royong.
Keempat, lanjut Ahmad, untuk membangun dan meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam hubungan internasional.
Menurut Ahmad, selain empat fungsi, pendidikan karakter juga memiliki setidaknya lima nilai sebagai karakter prioritas: religius, integritas, nasionalis, gotong royong, dan kemandirian.
”Selain pendidikan karakter di sekolah, penanaman pendidikan karakter juga bisa dilakukan oleh orangtua di rumah melalui interaksi dengan lingkungan sekitar,” ujar Ahmad.
Menurut Ahmad Syaifulloh, era digital telah mempermudah penyampaian informasi dan materi pendidikan karakter secara cepat, tepat dan akurat.
Era digital juga mempermudah pencarian informasi baru kapan pun dan di mana pun. Guru dan murid dapat melakukan pembelajaran pendidikan karakter meskipun berjauhan.
Peluang pendidikan karakter di era digital lainnya, yakni membantu peserta didik mencari literasi dan bahan informasi tentang pendidikan karakter.
”Dengan medsos dapat memudahkan dalam berkomunikasi. Pembelajaran pendidikan karakter lebih kreatif, inovatif, dan terjangkau serta mampu mempublikasikan karya mereka dalam bentuk gambar atau video dengan cepat dan mudah,” papar Ahmad.
Setiap peluang, ada tantangannya tersendiri. Tantangan pendidikan karakter di era digital, lanjut Ahmad, ialah bagaimana mengoptimalkan dampak positif internet, dan meminimalisir dampak negatifnya.
”Berikutnya, berusaha agar terhindar dari kejahatan dan hoaks, siswa dituntut lebih cerdas dalam berinternet, dan mampu menyaring berita hoaks serta tidak menjadi sasaran kejahatan maupun penipuan melalui internet,” jelas Ahmad.
Ahmad Syafulloh menambahkan, agar aman dalam pendidikan karakter di era digital, orangtua dan guru sebaiknya melakukan pendampingan dalam penggunaan internet. Selebihnya, ajarkan siswa agar memiliki niat yang
baik dalam menggunakan internet.
”Ajarkan siswa agar tidak mudah tergiur dalam tawaran yang berpotensi
penipuan. Siswa lebih berhati-hati terhadap akun yang tak dikenal. Kemudian, usahakan agar guru dan murid dapat bertemu di dunia nyata walaupun terbatas," jelas Ahmad.
Berikutnya, Staf Pengajar Universitas PGRI Yogyakarta Lis Latifah menyampaikan hasil amatan perubahan karakter selama pandemi Covid-19. Menurutnya, jika sebelumnya banyak orang melakukan hal-hal yang sama, saat pandemi orang telah melakukan kebiasaan baru bahkan kebiasaan yang berbeda hingga menghapus kebiasaan lama.
Tantangan bagi pendidik di era pandemi Covid-19, ialah semua guru harus dapat mengajar jarak jauh yang menggunakan teknologi digital.
Penggunaan teknologi juga harus berdasarkan keilmuan yang tepat guna, untuk itu para pendidik butuh pengetahuan dalam mengoperasikan media digital.
”Guru harus memiliki perangkat pembelajaran online, seperti: komputer/laptop, smartphone, paket data, signal dan ide kreatif untuk menggunakan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif,” jelas Latifah.
Diskusi virtual yang dipandu oleh moderator entertainer Rara Tanjung, juga menghadirkan narasumber Akhmad Ramdhon (Staf Pengajar Sosiologi FISIP UNS), Sholahuddin Nur Azmi (CEO pasardesa.id), dan Kepala Sekolah SMAN I Bantul Ngadiya selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment