Optimalisasi Medsos untuk Menciptakan Technopreneure
Wonogiri - Semangat entrepreneur di Indonesia tercatat meningkat saat pandemi Covid-19. Tak jarang para pelaku bisnis memanfaatkan media teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK) untuk memasarkan produknya.
Itulah antara lain topik yang hangat dibahas dalam webinar literasi digital yang dihelat Kementerian Kominfo untuk warga Kabupaten Wonogiri, Kamis (8/7/2021). Kegiatan virtual ini merupakan bagian dari program nasional literasi digital yang dicanangkan oleh Presiden RI Joko Widodo untuk mendukung percepatan transformasi digital menuju masyarakat yang cakap digital.
Diskusi yang dipandu oleh entrepreneur Triwi Dyatmoko hari ini juga menghadirkan narasumber lain. Di sana ada Ali Rokhmat (dosen STAI Al Husain), Joko Priyono (social worker), Hamdy Salad (budayawan), dan key opinion leader Ade Wahyu (content creator).
Selain tema "Optimalisasi Media Sosial untuk Membangkitkan Semangat Entrepreneur", para pemateri juga mengaitkannya dengan pilar literasi digital: digital ethics, digital culture, digital skill, dan digital safety.
Titok Hariyanto dalam paparannya menjelaskan interaksi di era digital ini bukan sekadar berlangsung antar relasi, berteman, dan mengakses berita. Namun lebih luas lagi jangkauannya hingga aktivitas ekonomi dan politik. Sedangkan dalam kaitan dengan bidang entrepreneur, media sosial menjadi pasar dan memiliki nilai transaksi yang meningkat.
"Nilai transaksi serta transaksi yang berlangsung di media sosial mengalami peningkatan. Ini menjadi kesempatan besar untuk ikut memproduksi dan memanfaatkan media sosial sebagai pasar untuk produk-produk kita. Namun di balik manfaat besar yang bisa didapatkan di dunia digital, perlu waspada dan hati-hati juga dengan ancaman yang bisa timbul," ungkap Titok kepada peserta webinar.
Ancaman di dunia sendiri ada bermacam-macam. Penipuan online, pencurian identitas, pembajakan, phishing, scam, dan kejahatan siber lainnya. Dari sini, jelas Titok, pengguna TIK harus membekali diri dengan kemampuan menjaga keamanan perangkat atau digital security dan digital safety.
Ditambahkan, digital security mencakup cara mengamankan akun digital seperti melakukan log out tiap kali selesai masuk jejaring sosial, mengaktifkan pengaturan privasi, menggunakan password rumit dan berbeda setiap akun, menghapus password yang tersimpan di browser, serta memeriksa dan membenahi email yang digunakan untuk recovery.
"Kalau digital safety itu lebih ke bagaimana perilaku digital yang baik agar terhindar dari ancaman siber. Perilaku ini bisa dipraktikkan dengan tidak membagikan password dan PIN pada orang lain, berselancar di internet menggunakan browser dan situs terpercaya, tidak mengunggah foto yang sifatnya pribadi, tidak memberikan informasi rahasia dan pribadi di media sosial, dan tidak menggunakan jaringan publik," kata Titok menjabarkan.
Sebab, bahaya dari keteledoran pengguna teknologi adalah terancamnya reputasi, kerusakan software dan sistem komputer, kehilangan data dan uang, bahkan perampokan dan penculikan.
Selain punya kecakapan dalam mengamankan perangkat digital, pengguna TIK juga harus punya digital skill. Sehingga dalam akses selancar di dunia maya tidak tersesat dan buang-buang waktu.
Narasumber lain, Ali Rokhmat, menjelaskan: masyarakat Indonesia yang mengakses dunia maya kurang lebih 8 jam per hari justru seharusnya menjadi peluang bagi para entrepreneur jika tahu cara mengoptimalkannya.
"Misalnya dengan memanfaatkan search engine atau mesin pencari untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Platform penyedia mesin pencari sendiri cukup beragam, ada Google, Bing, Yahoo dan lain sebagainya. Jejaring sosial juga sangat bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan," jelas Ali.
Akses ke platform media digital sendiri selain bisa mendapatkan informasi, inspirasi dan solusi, pengguna perlu melakukan kolaborasi untuk mendapatkan manfaat yang lebih besar.
"Kolaborasi pemanfaatan teknologi digital dapat menciptakan kewirausahaan, inovasi hingga terwujud technopreneur," pungkasnya. (*)
Post a Comment