Literasi Digital bagi Pelaku UMKM di Tengah Pandemi Covid-19
Purworejo - Direktur Afada Temanggung Ahmad Lutfi mengatakan, di balik wabah pandemi yang merugikan umat manusia, ternyata masih ada aspek positif yang ditimbulkan.
"Sejumlah sektor UMKM pun ada yang menangguk dampak positif pandemi, di balik berbagai dampak negatifnya," kata Lutfi saat berbicara dalam kegiatan webinar literasi digital yang digelar oleh Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Selasa (6/7/2021).
Lutfi mencontohkan, sektor UMKM yang terdampak positif pandemi itu seperti penjual pulsa yang meningkat omzetnya sampai 1000 persen, usaha kecantikan dan kesehatan yang naik 800 persen, usaha di bidang logistik meningkat 400 persen dan industri laundry meningkat 300 persen.
"Produk kecantikan dan kesehatan naik di masa pandemi mungkin karena timbulnya kesadaran masyarakat atas kesehatan diri. Mereka mulai mencari hal-hal berbau herbal untuk menjaga imun tubuh," ujar Lutfi.
Namun, Lutfi mengatakan, pandemi Covid juga memberi dampak negatif berbagai bidang usaha. Yang paling jelas adalah daya beli masyarakat yang menurun.
"Pandemi berkepanjangan juga membuat pendistribusian barang jasa terhambat," imbuh Lutfi. Sektor yang jelas menderita kerugian selama pandemi juga tak sedikit.
Lutfi menuturkan usaha restoran omzetnya rata-rata anjlok hingga 70 persen. Pelaku usaha di bidang olahraga dan hobi juga turun penghasilannya sampai 90 persen, termasuk industri toko bangunan yang terdampak penurunan pemasukan sampai 65 persen.
Hanya saja, di balik dampak negatif wabah itu, ujar Lutfi, juga mendorong percepatan transformasi digital dalam komunitas masyarakat, tak terkecuali para pelaku UMKM.
Lutfi merujuk riset LPEM FEB UI dan Tokopedia yang menunjukkan, 41,6 persen UMKM berjualan online karena kehilangan pendapatan saat pandemi corona. Penghasilan mereka naik 133 persen setelah bergabung.
"Satu sisi pandemi ini mempercepat para pelaku usaha offline itu jadi pelaku usaha online," kata dia.
Lutfi mengatakan, di masa pandemi ini ada setidaknya 10 besar e-commerce yang makin berkembang dengan pengunjung bulanan mencapai puluhan juta. Seperti Tokopedia, Shopee, BukaLapak, Lazada, Bibli, JD.ID, Orami, Bhineka, Zalora, dan Matahari.
"Bayangkan perbedaannya dengan toko offline, yang dalam sebulan saat pandemi ini mungkin perbulan tak sampai 1 juta orang," kata dia.
Menurut Lutfi, masa pandemi ini marketplace berperan penting menjaga geliat UMKM yang mengalami transformasi digital.
"Marketplace membantu memasarkan produk, memberi banyak promosi, transaksi aman, mudah digunakan, respon cepat, membantu ekspor produk dan memberi edukasi lengkap," kata Lutfi.
Webinar itu menghadirkan pula narasumber Burhan Abe (Digital Enthusiats), Zunaji Samroni (Alterasi Indonesia), Abd. Halim (Dosen UIN Surakarta), dan dipandu moderator Nabila Nadjib serta Indira Wibowo sebagai key opinion leader.
Dosen UIN Surakarta Abd. Halim dalam kesempatan itu mengatakan potensi Indonesia bertitik tolak bukan saja pada jumlah penduduknya.
"Tapi juga hasil hasil karya anak bangsa yang banyak dilirik kalangan mancanegara mulai batik, songket, ulos, kain tenun dan barang kerajinan seperti perhiasan, sepatu, dan tas," kata Halim.
Barang-barang hasil karya anak bangsa ini perlu masuk dalam marketplace lebih luas. Sehingga menjadi raja di negeri sendiri.
"Karya anak bangsa itu perlu difasilitasi karena pekerjaannya masih berbasis tangan sehingga banyak dilirik," tambah Halim.
Sebagaimana wilayah lain, di Kabupaten Purworejo Kementerian Kominfo juga akan menyelenggarakan serangkaian kegiatan Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital selama periode Mei hingga Desember 2021.
Serial webinar ini bertujuan untuk mendukung percepatan transformasi digital, agar masyarakat makin cakap digital dalam memanfaatkan internet demi menunjang kemajuan bangsa.
Warga masyarakat diundang untuk bergabung sebagai peserta dan akan terus memperoleh materi pelatihan literasi digital dengan cara mendaftar melalui akun media sosial @siberkreasi. (*)
Post a Comment