Konten Positif yang Peduli Nilai Kebangsaan itu Keren
WONOGIRI - Pengguna media sosial pada Juni 2021 lalu sempat dihebohkan dengan unggahan video yang disertai narasi bahwa kapal milik TNI tengah dikejar oleh kapal dan helikopter Malaysia.
Padahal faktanya kapal tersebut adalah kapal patroli dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) – bukan kapal milik TNI, yang pada 3 April 2019 lalu kapal patroli KKP itu diintervensi oleh kapal dan helikopter Malaysia saat menindak penangkapan ikan ilegal di dekat wilayah perbatasan.
"Dari kasus kapal TNI dikejar kapal dan helikopter Malaysia itu kita bisa belajar untuk lebih mewaspadai sentimen-sentimen nasionalisme dalam hoaks yang sampai sekarang pun masih ada," kata Daryono, editor Tribunnews, dalam webinar literasi digital bertajuk "Konten Positif yang Peduli Nilai Kebangsaan Itu Keren" gelaran Kementerian Kominfo dan Debindo untuk warga Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Senin (12/7/2021).
Daryono mengungkapkan, narasi patriotisme, kebangsaan, nasionalisme sebenarnya bukan barang baru di media sosial. Ruang media sosial di Indonesia berkali-kali dibanjiri konten-konten salah dan negatif, namun tak sedikit juga yang percaya.
"Termasuk di masa pandemi Covid-19 ini hoaks juga masih beredar," ujar Daryono dalam webinar yang menghadirkan narasumber Riant Nugroho (Dosen dan Penggiat Literasi Digital), Wicaksono (Konsultan Komunikasi dan Sosial Media), Achmad Naa'im (Guru SMAN 1 Sumberlawang) serta
dipandu moderator Zacky Ahmad dan Aditya Suryo sebagai key opinion leader itu.
Terbaru, Daryono mencontohkan, pada awal Juli 2021 lalu saat pemerintah Indonesia mulai menjalankan PPKM Darurat, tiba-tiba di media sosial gempar dengan viralnya video yang menampakkan puluhan penumpang pesawat yang disebut sebagai warga negara asing (WNA) asal China yang tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang.
Setelah ditelusuri, ternyata itu video pada Juni 2020 silam namun dalam video itu tercantum atau diedit menjadi tanggal 3 Juli 2021 atau saat hari pertama PPKM darurat se-Jawa Bali.
Dari dua kasus hoaks menyangkut kebangsaan dan nasionalisme itu, Daryono mengatakan agar pengguna media sosial bisa mengantisipasi dan tidak ikut menjadi korban berita bohong.
Caranya, dengan melapisi diri menggunakan tiga alat pemeriksa fakta yang bisa diandalkan. Pertama cari melalui sumber resmi di media sosial itu yang biasanya ditandai dengan tanda centang biru. Kedua, cek informasi itu melalui media-media massa mainstream. Ketiga, cek informasi itu melalui komunitas pemeriksa fakta misalnya MAFINDO (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) atau lainnya.
"Biarkan informasi hoaks itu berhenti di Anda, jangan ikut menyebarkan. Melainkan ikut cegah penyebarannya," kata dia.
Daryono juga meminta masyarakat bersama-sama memahami segenap hal sebelum posting sesuatu informasi yang kiranya aneh, unik, ataupun berpotensi memicu sentimen.
"Cek dulu, apakah benar informasinya, apa manfaatnya buat orang lain, apakah memiliki hak cipta, lalu seberapa perlu kita unggah karena akan menjadi jejak digital, dan pikirkan saja hal yang tidak jahat," kata Daryono.
Sementara itu, dosen dan pegiat literasi digital Riant Nugroho mengatakan, untuk melawan konten negatif yang masih bertebaran di media sosial, salah satunya memilih dan memproduksi lebih banyak konten positif yang punya manfaat bagi banyak orang.
"Contoh pilihan konten positif pun ada banyak, mulai dari nasihat, data, hiburan, pelatihan, pendidikan, dan konseling," tuturnya.
Terlebih, lanjut Riant, konten-konten negatif biasanya hanya heboh sesaat namun setelah itu tumbang sendiri jika ternyata tidak memberi manfaat bagi orang lain.
"Konten negatif punya sifat waktu singkat dan instan serta lama-lama tidak akan dihiraukan," kata Riant. Berbeda halnya dengan konten positif akan cenderung memiliki waktu lama dan berkelanjutan dan dalam jangka waktu lama akan terus dikenang karena menginspirasi.
Sebagaimana wilayah lain, di Kabupaten Wonogiri, Kementerian Kominfo juga akan menyelenggarakan serangkaian kegiatan Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital selama periode Mei hingga Desember 2021.
Serial webinar ini bertujuan untuk mendukung percepatan transformasi digital, agar masyarakat makin cakap digital dalam memanfaatkan internet demi menunjang kemajuan bangsa.
Warga masyarakat diundang untuk bergabung sebagai peserta dan akan terus memperoleh materi pelatihan literasi digital dengan cara mendaftar melalui akun media sosial @siberkreasi. (*)
Post a Comment