Komunikasi Publik Yang Sehat Di Era Digital
PEMALANG - Konsultan Hukum Retna Susanti mengibaratkan perkembangan pesat teknologi saat ini seperti kotak pandora yang telah terbuka.
Kotak pandora sebagai metafor tentang sesuatu yang menyebabkan masalah yang tak terduga. Sekali dibuka begitu sangat rumit dan sulit sekali untuk diselesaikan.
"Kotak pandora teknologi ini bisa mengungkap yang tersembunyi dari perilaku para pengguna digital khususnya di media sosial," kata Retna dalam webinar literasi digital bertajuk "Komunikasi Publik Yang Sehat Di Era Digital" yang dihelat Kementerian Kominfo dan Debindo bagi warga Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, Kamis (8/7/2021).
Retna mengungkapkan jika dalam mitologi Yunani terbukanya kotak Pandora artinya terbukanya pula beribu masalah seolah tanpa ujung, begitupun dengan perkembangan teknologi saat ini yang juga bisa melihat masa lalu kelam sejarah manusia.
"Kecanggihan teknologi yang ada saat ini, dengan internet sebagai satu komponen utamanya, bahkan bisa membuka tabir kejahatan di masa lalu yang susah terungkap," kata Retna dalam webinar yang dimoderatori Bobby Aulia dan Deasy Noviyanti sebagai key opinion leader itu.
Tak hanya itu, Retna mengungkapkan cepatnya mutasi teknologi dalam revolusi industri 4.0 saat ini juga seperti membuka fantasi dan imajinasi manusia. Khususnya kebutuhan eksistensinya.
"Demi eksistensi itu, muncul pemikiran 'I will do everything'," kata Retna dalam webinar yang menghadirkan narasumber Muhammad Mustafid (Ketua LPPM UNU Yogyakarta), Aswad Ishak (Dosen UMY) dan Nuralita Armelia (Fasilitator Nasional) itu.
Selebihnya Ratna membeberkan dua dampak teknologi juga memunculkan dua jenis interaksi manusia, baik personal dan interpersonal. Sikap personal ditandai dengan gejala apatis, asosial, tak ada deep relationship, kecanduan, perilaku altruistik hingga perilaku fetis.
"Agar tak terhanyut dengan berbagai kecerdasan teknologi itu, mulailah kuasai dan kendalikan teknologi," kata Retna.
Pengendalian teknologi yang ia maksud dengan terus belajar, memanfaatkan teknologi secara maksimal, terus lakukan perbaikan karena perubahan tak lagi linear.
"Selalu membuka ruang inovasi dengan keunikan yang menciptakan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain," kata Retna. Menurutnya perlu menghindari larut dalam perdebatan sampah teknologi/hoaks.
"Jangan terjebak dengan blame traps atau sikap saling menyalahkan/mencari yang harus disalahkan," kata dia.
Sementara, Muhammad Mustafid selaku Ketua LPPM UNU Yogyakarta mengatakan jika mengabaikan etika dalam berkomunikasi di dunia digital dampaknya akan cukup fatal bagi pengguna.
"Tak adanya etika dalam dunia digital akan merusak ketertiban, memicu sanksi sosial, ditendang dari forum, memicu konflik, dan merusak nama baik pribadi," kata Mustafid.
Sebagaimana wilayah lain, di Kabupaten Pemalang, Kementerian Kominfo juga akan menyelenggarakan serangkaian kegiatan Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital selama periode Mei hingga Desember 2021.
Serial webinar ini bertujuan untuk mendukung percepatan transformasi digital, agar masyarakat makin cakap digital dalam memanfaatkan internet demi menunjang kemajuan bangsa.
Warga masyarakat diundang untuk bergabung sebagai peserta dan akan terus memperoleh materi pelatihan literasi digital dengan cara mendaftar melalui akun media sosial @siberkreasi. (*)
Post a Comment