Kita Tak Boleh Gagal Tingkatkan Kompetensi Generasi Muda dengan Teknologi Digital
Sleman – Penemuan internet telah mengubah cara hidup manusia. Internet telah mengubah manusia dalam bekerja, belajar, berbisnis,
dan aktivitas lainnya. Jaringan internet yang tak mengenal batas ruang dan waktu membuat segala sesuatu menjadi lebih mudah, efisien, dan teratur.
Rangkuman pendapat mengenai teknologi digital (internet) itu disampaikan oleh Staf Pengajar Ilmu komunikasi Universitas Negeri Jakarta Nugrahaeni Prananingrum dalam acara webinar literasi digital yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Sleman, DIY, Jumat (16/7/2021).
Dalam diskusi virtual yang mengusung tema ”Teknologi Digital sebagai Upaya Meningkatkan Kompetensi Generasi Muda” itu, Nugrahaeni juga bicara terkait pilar pengembangan masyarakat yang meliputi: kewargaan digital, ekonomi digital, dan pemerintahan digital.
Menurut Nugrahaeni, pengembangan masyarakat bidang kewargaan digital (digital citizen), harus mengarah pada pemberdayaan masyarakat untuk mencapai potensi terbaiknya. Ekonomi digital (digital economy) berarti fasilitas optimasi ekonomi dan bisnis yang berbasis teknologi digital. Sedangkan pemerintahan digital (digital government) menuntut standardisasi dan integrasi pelayanan bagi kesejahteraan masyarakat.
Pengembangan masyarakat, lanjut Nugrahaeni, juga dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi generasi muda di era globalisasi, yang meliputi: agen perubahan positif, inovator, edukasi bagi masyarakat, penguasaan teknologi digital, serta memiliki jiwa wirausaha.
”Selain itu, generasi muda harus kreatif, berkemampuan bahasa asing, tangguh, berkemampuan manajemen, memiliki kecerdasan emosi, dan mencintai budaya Indonesia,” urai Nugrahaeni.
Berikutnya, Staf Pengajar Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Sri Astuty bicara mengenai teknologi sebagai sarana mempercepat transformasi di era industri 4.0 dan masyarakat 5.0, khususnya bagi kalangan generasi muda Indonesia.
Sri Astuty mengatakan, banyak pendapat yang menyatakan Indonesia akan menikmati bonus demografi pada 2020-2035. Namun, ada sebagian pendapat yang meyakini saat ini kita telah berada pada puncak bonus demografi, di mana populasi penduduk usia produktif lebih besar dibanding yang tidak produktif.
”Saat ini ada lebih dari 70 persen, atau 191 juta populasi penduduk Indonesia masuk kategori usia produktif. Jumlah itu merupakan modal berharga untuk kemajuan Indonesia, termasuk potensial untuk meningkatkan literasi digital,” ujar Sri Astuty.
Menurut Sri, mengutip data BPS, pada 2024 setengah populasi Indonesia akan memiliki minimal 2 ponsel, dan 73 persen populasi akan menggunakan internet setiap harinya.
”Angka-angka tersebut harus dimaknai sebagai potensi yang luar biasa. Kita tak boleh gagal memanfaatkan potensi besar itu dalam upaya meningkatkan kompetensi generasi muda,” tegasnya.
Diskusi virtual yang dipandu oleh moderator presenter Vania Martadinata itu juga menampilkan narasumber Athif Titah Amithuhu (Media Online Ceritasantri.id), Edy SR (Brandpreneur), dan seniman Ones selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment