Keberagaman Paham dan Penerapan Nilai Keagamaan di Media Online
Pati - Keragaman keberagamaan di Indonesia tak sedikit pernah menuai kontroversi dan perpecahan. Terlebih di era digital yang ditandai dengan mudahnya akses materi keagamaan dan sangat variatif. Oleh karena itu moderasi beragama menjadi jalan tengah di dalam ragam budaya dan agama di Indonesia.
Dosen UIN Salatiga Abdulatif dalam webinar literasi digital mengatakan fakta keragaman umat beragama yang banyak mendiskriminasi kelompok minoritas. Keragaman paham nyaris mustahil disatukan.
Salah satu contohnya adalah kejadian di Depok di mana seorang siswa tidak bisa ikut serta dalam pemilihan OSIS, karena ia non muslim. Untuk menyikapi hal ini, membungkamnya jelas tidak mungkin karena merupakan bagian dari ekspresi beragama. Namun membiarkannya juga dapat mendatangkan bahaya bagi persatuan dan kesatuan bangsa.
"Jalan pintasnya, kementerian keagamaan memilih untuk melakukan moderasi beragama. Yaitu sikap mengurangi kekerasan dalam cara pandang dan praktik beragama. Kita harus sadar, gagasan moderasi beragama adalah tanggung jawab bersama, harus ada kerja sama antara masyarakat dengan kelompok, institusi, pemerintah dan lainnya," jelas Abdulatif kepada peserta diskusi virtual literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informafika untuk masyarakat Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Senin (19/7/2021).
Ia melanjutkan, masyarakat harus menumbuhkan sikap yang moderat dalam menyikapi keberagaman paham dan agama. Yaitu dengan bertoleransi terhadap perbedaan, menanamkan nilai cinta Tanah Air, anti terhadap kekerasan, dan ramah dengan budaya lokal.
Dalam hal keterampilan menggunakan teknologi digital, masyarakat juga diajak untuk menguasai keterampilan reseptif dan keterampilan produktif. Tidak hanya menerima manfaat teknologi digital saja tetapi juga mampu menguasai penggunaan teknologi, informasi, dan komunikasi dalam menghasilkan dan mencari hal-hal informatif yang bermanfaat.
"Keterampilan yang juga tidak boleh diabaikan di era digital adalah keterampilan dalam menjaga keamanan digital, baik itu perangkatnya maupun identitas digital. Menggunakan proteksi pada perangkat dengan menggunakan password, backup data. Serta menjaga keamanan privasi dengan tidak mudah membuka informasi pribadi di ruang digital," imbuh Abdulatif.
Dari sisi etika bermedia digital dan moderasi beragama, Amhal Kaefahmi (pengawas madrasah Kementerian Agama Kota Semarang) mengatakan, media digital memang memberikan kemudahan dalam belajar apa pun, termasuk materi agama. Namun pada titik tertentu peran guru agama masih diperlukan, karena tidak semua sumber materi keagamaan di internet itu otoritatif. Tidak pula semua sesuai dengan kaidah agama.
"Belajar agama secara online sumbernya memang banyak, tapi dalam hal berperilaku tidak bisa dilakukan dengan internet. Guru punya otoritas dan keteladanan yang ditiru," ujar Amhal.
Ia mengibaratkan di era saat ini posisi guru seperti google yang menyediakan berbagai informasi, media sosial menjadi sarana dalam penyampaian materi, dan pengguna media digital sebagai siswa atau masyarakat yang mengakses informasi. Sebagai sesama digital user, siswa atau masyarakat dapat mencari tahu secara mandiri dengan guru sebagai fasilitatornya.
"Moderasi beragama itu berpedoman pada prinsip Islam Wasatiyah. Yaitu dengan berkomitmen kebangsaan berdasarkan Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945. Menghargai nilai-nilai lokal, anti kekerasan dan bertoleransi," jelasnya.
Oleh karenanya, dalam menjaga keberagaman keagamaan di media digital diperlukan literasi digital yang mencakup bagaimana berbudaya digital yang baik, memiliki kecakapan digital, mampu beretika di dunia digital sebagaimana di kehidupan nyata, serta menjaga keamanan digital.
Kegiatan diskusi literasi digital ini merupakan bagian dari program pemerintah dalam mendukung percepatan transformasi digital untuk menciptakan sumber daya yang cakap digital. Diskusi virtual ini juga dilaksanakan serentak untuk seluruh masyarakat di seluruh daerah di Indonesia.
Kegiatan yang diikuti oleh ratusan peserta di Kabupaten Pati ini dipandu oleh Zacky Ahmad dan menghadirkan empat narasumber. Selain Abdulatif dan Amhal Kaefani, juga ada Mustolih ( dosen UNMU Kebumen) dan Muhammad Siswanto (kepala MAN 4 Kebumen), serta Ananda Octovera (beauty enthusiast) selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment