"Jangan Mau Jadi Netizen yang Tidak Cerdas"
Kebumen – Pembelajaran di era digital harus punya early warning system dan mengerti bahwa Anda adalah ”objek” kapitalisasi dari ”like” dan
”follow”. Untuk itu Anda tidak boleh jadi ”netizen bodoh” yang bisa dikapitalisasi oleh influencer yang tidak mencerdaskan.
Pendapat bernada peringatan itu disampaikan pegiat literasi digital nasional Riant Nugroho pada webinar literasi digital bertajuk ”Metode Pembelajaran di Era Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Selasa (27/7/2021).
Riant menyatakan, pembelajaran melalu internet setidaknya mempunyai lima level pembelajaran yang harus dikuasai. Masing-masing, yakni: tahu cara pakai gadget, tahu menggunakan aplikasi, aman dari serangan digital, tahu bagaimana kecakapan berkomunikasi digital, kemudian memanfaatkan digital.
Sementara menurut tokoh pendidikan Arief Rachman, lanjut Riant, untuk menjadi pembelajar yang sukses maka harus bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu. Selanjutnya, dorongan untuk berprestasi tinggi, rasa ingin selalu belajar dan mengembangkan diri, berani menyatakan kebenaran, rendah hati dalam menjalani setiap sisi kehidupan, optimis, sabar, mampu bekerja dalam kelompok, dan beristirahat yang cukup.
Untuk menjadi pembelajar yang sukses di era digital, Riant Nugroho memberikan tiga tips. Pertama, ia harus memiliki rasa ’tidak takut’ untuk memulai. Karena ketakutan adalah pintu pertama menuju kegagalan. Kedua, ialah ’semangat’, dan ketiga ada keinginan ’menang’. Untuk menang kita harus fokus pada satu pilihan, serta didukung oleh kapasitas. Tapi harus disadari, untuk menang itu harus banyak juaranya.
Riant, yang juga pakar kebijakan publik ini selanjutnya mengingatkan untuk jangan mau kalah dan jangan jadi netizen yang tidak cerdas. ”Jangan jadi seperti mereka, tapi lampaui mereka, berselancar di atas ombak, bukan tenggelam di dalamnya,” ujar Riant di depan 400 orang lebih partisipan webinar.
Berikutnya, Kepala Seksi Guru pada Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tegah Agus Mahasin menyatakan, pembelajaran di era digital jangan sampai meninggalkan pembelajaran etika sebagaimana pendapat Thomas Lickona yang mengajarkan etika melalui tiga komponen.
Pertama, moral knowing (pengetahuan tentang moral) terdiri dari: kesadaran moral, mengetahui nilai-nilai moral, memahami pikiran dan perasaan orang lain dengan cara meletakkan pandangan dan pikirannya pada posisi orang lain itu, alasan atau penalaran moral, pengambilan keputusan berdasarkan moral, dan pengetahuan diri.
Kedua, moral feeling (perasaan tentang moral), meliputi: kesadaran nurani, menghargai diri, empati atau merasakan penderitaan orang lain,
mencintai kebaikan/kebenaran, kontrol diri dan kerendahan hati. Sedangkan komponen ketiga berupa moral action atau mewujudkan tindakan moral.
Webinar yang dipandu oleh moderator Bella Ashari, juga menghadirkan narasumber Nyarwi Ahmad (Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies), Musta’in (Pengawas Madrasah Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jepara), dan penyanyi Ayonk selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment