Hindari Kejahatan dengan Sikap Cakap dan Cermat Digital
WONOSOBO: Salah satu hal yang ikut berubah seiring perkembangan teknologi tak lain sistem identitas.
Berbagai alat penanda identitas kini telah beralih ke ranah digital guna mempermudah kehidupan sehari-hari, mulai dari e-KTP, e-paspor, hingga e-mail.
Dekan FTI Unsera Banten Ai Munandar mengatakan, ada dua jenis identitas yakni yang terlihat dan tak terlihat. Identitas yang terlihat, contohnya seperti nama akun, foto profil pengguna, juga deskripsi pengguna. Sedangkan identitas tak terlihat seperti pin/password/sandi, two factor authentication, juga OTP.
"Identitas digital ini perlu dilindungi agar kita terhindar dari kejahatan digital," kata Mundandar saat menjadi narasumber dalam webinar literasi digital bertajuk "Strategi Membangun Kecakapan Digital bagi Pengajar" yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo untuk warga Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Jumat (30/7/2021).
Munandar mencontohkan sejumlah kasus penipuan identitas memakai platform media sosial yang sempat menggegerkan masyarakat medio November 2020. Di mana seorang perempuan di Indonesia termakan bujuk rayu warga asing pasca berkenalan di medsos. Mereka kemudian berpacaran dan akhirnya si perempuan bersedia mengirimkan uang beberapa kali dengan jumlah yang cukup besar. Usai memeras korban, pelaku kemudian menghilang dan korban melaporkannya ke polisi.
Munandar pun membeberkan langkah-langkah dalam memproteksi identitas digital. Antara lain, pastikan memilih menggunakan identitas asli atau samaran saat mengelola akun platform digital serta bertanggung jawab atas pilihan tersebut.
"Lalu, amankan identitas utama yakni alamat surat elektronik yang kita gunakan untuk mendaftar suatu platform digital," jelas dia.
Munandar juga mengimbau pengguna untuk melindungi dan mengkonsolidasikan identitas digital dalam berbagai platform digital yang dimiliki.
Dalam perlindungan data pribadi, lanjut Munandar, juga disarankan menghindari berbagi data pribadi orang lain baik keluarga, teman, maupun kenalan di dunia maya. Sebab, data mereka adalah privasi mereka.
"Hati-hati ketika sedang berada di tempat umum dan menemukan wifi gratis, karena jaringan ini bisa disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggungjawab untuk mencuri data pribadi kita," kata Munandar.
Terlebih jika pengguna terlibat dalam proses transaksi atau belanja daring, potensi penipuan digital pun lebih tinggi. Penipuan digital ini bisa berwujud penipuan diskon harga barang yang ditawarkan, identitas pelaku usaha atau konsumen fiktif, sampai ketidaksesuaian produk yang diterima dengan yang dipesan.
Dosen FBE UII Yogyakarta Maisaroh ikut sumbang pemikiran terkait prinsip komunikasi dalam pembelajaran daring yang perlu dipahami pendidik khususnya soal emphaty.
"Empathy ini meliputi cara menghargai, mendengarkan, dan melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran dari awal hingga akhir," ujar Maisaroh.
Pembelajaran daring/jarak jauh difokuskan pada peningkatan pemahaman siswa. Adapun aktivitas dan tugas pembelajaran dapat bervariasi antar siswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk dalam hal kesenjangan akses/fasilitas belajar di rumah.
Pembelajaran daring pun dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani.
Webinar kali ini juga menghadirkan dua narasumber lsin: Iwan Gunawan (praktisi community development) dan Juair, kasi Kurikulum dan Kesiswaan Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Jawa Tengah. (*)
Post a Comment