Guru YouTuber yang Interaktif, Solusi dan Tantangannya
KLATEN: Seiring dengan lahirnya realitas digital yang memuncak di era pandemi, di mana kelas konvensional makin dikurangi dan kelas virtual makin menjadi tuntutan, maka hadirnya kelas dengan guru berkemampuan Youtuber sangat diperlukan. Inilah sosok guru yang mampu menghadirkan kelas interaksi ala Youtuber dan menghadirkan konten materi kelas yang mengarah ke tuntutan transformasi kemajuan pendidikan masa depan.
”Masalahnya, belum semua lembaga pendidikan dan SDM gurunya punya kemampuan atau skill digital, juga skill pendidikan yang sesuai dengan kemajuan zaman saat ini,” ungkap aktivis pengembangan IT dan aktivis Lintas Umat Beriman Klaten, Maryanto. Maryanto menyampaikan hal itu saat berbicara dalam webinar literasi digital gelaran Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Klaten, 23 Juni lalu. Diikuti ratusan peserta, webinar berlangsung semarak.
Diskusi virtual bertajuk ”Literasi Digital untuk Pendidikan Online” tersebut dimoderatori oleh Nadia Intan. Selain Maryanto, pemateri lain adalah Fachry Dinandyah (Co-Founder Lokalin), Anissa Khoruniza dari Kaizen Room, Nurul Fajar Latifa, pengajar dan juga aktivis Lintas Iman Klaten, serta Ade Wahyu sebagai key opinion leader.
Maryanto khawatir, selama guru belum mampu dan mumpuni menguasai materi pembelajaran lalu mengubahnya menjadi bahan menarik di kelas online, webinar atau kelas zoom yang interaktif dan menarik, maka guru akan terus kepontal-pontal, tidak bisa mengikuti transformasi perubahan zaman. ”Skill digital guru menjadi tuntutan yang pantang ditawar lagi,” ujar Maryanto, serius.
Menurut amatan Nurul Fajar Latifa, tantangan lain pendidikan Indonesia di masa pandemi bukan cuma banyak guru yang belum berkemampuan dan berwawasan digital, tetapi juga masalah digital divide, jaringan online yang belum merata. ”Ini membuat kelas online kayak di Klaten ini belum mudah diwujudkan di wilayah pedalaman, karena jaringan online yang belum merata. Itu di luar skill online guru yang juga belum merata,” urai Nurul.
Nurul menambahkan, belum meratanya jaringan online juga memunculkan masalah baru. Di antaranya, bahan materi dari pusat belum merata juga didistribusikan ke dalam kelas-kelas zoom atau kelas online interaktif. ”Hal ini menciptakann masalah baru, learning lost, yakni bahan materi yang hilang karena jaringan online belum merata,” ujar Nurul.
Karena ke depan, selama masa pandemi, interaksi kelas makin diminimalisir dan dipindah ke rumah, maka tantangan baru pendidikan online di Indonesia adalah peran serta orangtua dalam kelas-kelas online. ”Ke depan, orangtua dituntut terlibat, menguasai dan ikut mengawasi apa yang disampaikan guru di kelas online supaya anak tidak malah lepas pilihan dan habis waktu untuk nonton game online. Di samping, kurang efektifnya penguasaan materi kelas belajar online yang mestinya dikuasai anak didik,” tuturnya.
Nurul menutup dengan mengutip pesan Mendiknas Nadiem Makarim. ”Teknologi hanyalah alat (tool) untuk mewujudkan pembelajaran maksimal di kelas, utamanya di masa pandemi. Kualitas dan kemampuan guru menciptakan interaksi klas online yang tetap bermutu sebagai bukti eksistensi dan hasil kolaborasi murid, guru dan orangtua adalah hasil nyatanya.”
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat membuka webinar Klaten juga mewanti-wanti ke peserta. ”Zaman dulu seseorang dianggap intelek dan cerdas kalau punya banyak koleksi buku bacaan bermutu. Sekarang berubah, makin banyak file digital disimpan di banyak sistem simpan digital makin hebat. Yang penting jangan simpen hal yang enggak mutu. Pertambah wawasan dan manfaat lewat acara cakap digital ini, mumpung gratis,” pesan Ganjar. (*)
Post a Comment