Ekosistem Digital. Agar UMKM Makin Luas Jangkauannya
Kendal – Fakta bahwa 90 persen masyarakat Indonesia pernah berbelanja online. Namun, baru sekitar 13,7 juta pelaku UMKM yang tergabung ke dalam ekosistem digital, atau sekitar 21 persen dari total pelaku hingga Mei 2021.
”Fakta masih sedikitnya UMKM yang tergabung dalam ekosistem digital, bisa jadi lantaran banyak pelaku UMKM belum paham soal digital marketing khususnya market place,” ujar praktisi IT Tommy Destryanto pada webinar literasi digital yang digelar oleh Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Sabtu (24/7/2021).
Diskusi virtual bertajuk ”Kenali Market Place, Cara UMKM Meluaskan Jangkauan” yang dipandu moderator Ranny Rach (Presenter TV) itu, juga menampilkan narasumber Mujiantok (Founder Atsoft Technologu), Gilang Ramado (Direktur Utama CV Tripsona Indonesia), Misbahul Munir (Ketua PC Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Kendal), dan presenter TV Putri Juniawan selaku key opinion leader.
Banyaknya pelaku UMKM yang masih belum melakukan tranformasi digital kemungkinan besar disebabkan mereka belum meiliki pemahaman tentang market place maupun online shop. Padahal, kedua tempat pemasaran produk tersebut sangat membantu dalam memperkenalkan produk hingga menyebar ke seluruh dunia.
Meskipun sama-sama berfungsi sebagai tempat memasarkan produk, kata Tommy, market place dan online shop memiliki beberapa perbedaan. Market place merupakan perantara penjual dan pembeli di internet. Situs market place bertindak sebagai pihak ketiga dalam transaksi online dengan menyediakan tempat berjualan dan fasilitas pembayaran. Contohnya Tokopedia, Bukalapak, Shopee, atau Lazada.
”Adapun online shop merupakan proses di mana konsumen secara langsung membeli barang-barang, jasa dan lain-lain dari seorang penjual secara interaktif dan real-time tanpa pihak ketiga melalui internet,” jelas Tommy.
Baik market place maupun online shop, masing-masing mempunyai kelebihan maupun kekurangannya. Kelebihan market place: sistem telah tersedia, pasar sudah ada, mudah untuk memulai, modal minimal. Namun market place memiliki kekurangan dalam hal persaingan ketat, perang harga, branding kurang leluasa, dan pasarnya terbatas.
Sedangkan untuk online shope, kelebihannya ada pada: kendali penuh, branding lebih leluasa, tidak tergantung pihak ketiga, jangkauan pasar lebih luas. Kekurangannya, perlu investasi di awal dan butuh pengetahuan pengelolaan.
Agar sukses bermigrasi dari bisnis konvensional ke marketing digital, Tommy juga memberikan beberapa tips untuk pelaku UMKM. Antara lain: membuat nama toko yang menarik, jaga kualitas produk dan deskripsikan produk secara jelas, memasang logo untuk foto profil, dan buat program promo.
”Jangan lupa memasang foto asli produk dengan jelas, fast respon, dan gunakan beragam jasa ekspedisi agar tak bergantung pada salah satu jasa pengiriman,” tegas Tommy.
Narasumber lain, Ketua Pimpinan Cabang GP Ansor Kabupaten Kendal Misbahul Munir menyatakan, era digital yang ditandai dengan pola interaksi yang tanpa batas memungkinkan orang bisa menjalankan transaksi tanpa harus bertatap muka antara penjual dan pembeli dan sah secara hukum.
Menurut Misbahul, perubahan perilaku manusia saat ini mengharuskan kita cerdas mengambil sikap. Terlebih di era pandemi Covid-19 di mana kegiatan sosial berskala besar dibatasi, banyak pelaku usaha terkena dampak dari wabah ini.
”Banyak pasar konvensional maupun modern yang ditutup demi protokol kesehatan. Hal itu memberikan gejolak ekonomi masyarakat tergoncang,” ujar Misbahul.
Namun, lanjut Misbahul, agar tetap survive dan bisa tetap menjalankan usaha alternatifnya ialah mengambil peluang secara digital dan online. Hal ini mengingat banyak produk masyarakat yang kurang dikenal dan tidak kalah dibandingkan dengan produk luar negeri.
Pelaku UMKM di Kabupaten Kendal, lanjut Misbahul, saat ini belum sepenuhnya mampu memasarkan produk-produknya karena masih menempuh jalur konvensional dan belum memaksimalkan peran teknologi informatika dalam strategi usaha di era digital.
”Peran internet khususnya akan sangat membuka peluang bagi pelaku UMKM dalam menjalankan bisnis usaha mereka. Apalagi, saat ini hampir 85 persen penduduk Indonesia telah menggunakan internet dan rata-rata sudah memegang smartphone,” pungkasnya. (*)
Post a Comment