Cara Bernetiket di Tengah Infodemik yang Menyamarkan Kebenaran Informasi
Pati - Program nasional literasi digital oleh pemerintah Indonesia terus bergulir. Program yang diselenggarakan dengan format webinar oleh Kementerian Kominfo kali ini, Senin (12/7/2021), berlangsung untuk Kabupaten Pati, Jawa Tengah, dengan tema diskusi "Infodemik bagi Pencegahan Covid-19".
Webinar dipandu oleh content creator Rio Siswanto, serta empat narasumber yang memantik diskusi. Mereka adalah Budiono Indiahono (dosen Universitas Jenderal Soedirman), Fajar Nursahid (dosen Universitas Bakrie Jakarta), Kamilia Hamidah (dosen IPMAFa Pati), Isyrokh Fuaidi (dosen IPMAFA Pati). Hadir pula key opinion leader Stephanie Cecilia (finalis Putri Indonesia 2020).
Masing-masing pemateri menyampaikan tema diskusi dan kaitannya dengan pilar literasi digital yang telah disusun oleh Kementerian Kominfo serta Japelidi (Jaringan Pegiat Literasi Digital). Pilar tersebut adalah digital safety, digital ethics, digital skill, dan digital culture. Pilar literasi digital inilah yang menjadi pondasi dalam mewujudkan sumber daya manusia yang cakap digital di era transformasi digital saat ini dan masa depan.
Budiono Indiahono dalam kesempatan itu menyampaikan, transformasi digital membuat munculnya berbagai platform yang bisa digunakan untuk berbagi informasi dan berinteraksi sosial di dunia maya. Namun, banjirnya informasi justru membuat warga digital bingung mengetahui dan membedakan antara informasi yang valid dan informasi hoaks.
Begitu juga di kondisi pandemi Covid-19, banyaknya informasi menjadi tantangan lain yang harus dihadapi. Sehingga, dibutuhkan etika dan netiket dalam menyikapi budaya digital. Terlebih pada survei tentang pengguna media digital, Indonesia masuk pada kategori warga yang tidak sopan. Sedangkan pada survei lain, Indonesia masuk sepuluh besar negara yang ramah dalam ekspatriat. Kondisi ini pun menjadi penting untuk dievaluasi.
"Netiket atau etika dalam berjejaring penting di dunia maya. Pengguna harus mampu beradaptasi di dunia maya, di mana pun dan kapan pun. Baik saat menggunakan surat elektronik atau di grup-grup obrolan, juga saat menerima atau menyebarkan informasi," jelas Budiono.
Ia menambahkan, informasi berlebih yang ada di dunia maya membuat pengguna sulit menemukan solusi dari suatu masalah. Dengan menerapkan netiket dalam bermedia digital, setiap pengguna membantu menyediakan informasi valid yang bermanfaat.
"Tugas netizen selanjutnya, saat menerima atau mau menyebarkan suatu informasi harus memastikan kebenaran info tersebut dan apakah info itu bermanfaat atau tidak. Sebab banyaknya bentuk informasi yang ada di dunia digital itu tidak semuanya benar. Ada yang mengandung hoaks di dalamnya."
Ia menyampaikan, ada empat tahapan bagi pengguna media digital untuk membangun citra diri yang positif dengan beretika dan menerapkan etiket yang baik. Yakni dengan berkumpul di komunitas yang baik, pergaulan atau circle media sosial menyumbang pengaruh seseorang untuk berperilaku.
Kemudian menyaring dan mengevaluasi kebenaran berita dan tidak buru-buru atau tergesa untuk membagikan informasi. Mengunggah dan membagikan konten positif yang valid, bermanfaat dan menggunakan bahasa yang santun.
Sementara itu Fajar Nursahid menambahkan dari sudut digital culture bahwa kultur di dunia digital itu memberikan dan menyebarkan informasi dengan konten positif. Di masa pendemi saat ini informasi negatif banyak bermunculan yang mengakibatkan kepanikan dan ketakutan, rasa takut berlebih, menumbuhkan stigma pada kelompok tertentu, bahkan perselisihan hingga konflik.
"Menyikapi infodemik, pengguna media digital harus bijak dan teliti dalam memilih informasi dengan memastikan informasi itu di sumber-sumber terpercaya untuk memverifikasi kebenarannya. Tidak sembarang menyebarluaskan informasi, sebab tidak semua informasi memiliki kebenaran, serta memberitahu orang lain jika mengetahui informasi yang keliru. Berpikir kritis dalam menerima dan membagikan informasi," jelas Fajar.
Untuk melakukan verifikasi kebenaran suatu informasi, lanjut Fajar, pengguna internet bisa memanfaatkan fitur Google News, Google Image, Google Fact Check Tools, serta menggunakan referensi artikel dan URL. (*)
Post a Comment