Pancasila, Acuan Berperilaku di Era Digital
WARTAJOGJA.ID : Kementerian Kominfo bersama Debindo menggelar webinar literasi digital secara virtual dengan topik ”Menjadi Pemeluk Agama yang Bertoleransi di Dunia Digital" untuk warga Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Rabu (9/6/2021).
Acara yang dimulai pukul 13.00 WIB, menghadirkan narasumber: Abdul Rohman (Direktur Buku Langgar), Zulfan Arif (Penerjemah dan Content Writer), Zusdi Furi Arianto (Ketua Yayasan Quranesia Anrina Rasyada), Aina Masrurin (Media Planner Ceritasantri.id), Ade Wahyu (Jurnalis dan Content Creator) selaku key opinion leader dan dimoderatori Bella Ashari (presenter TV).
Kegiatan yang merupakan bagian dari Program Literasi Digital Nasional: Indonesia Makin Cakap Digital, ini telah dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo pada 20 Mei 2021 lalu.
Masing-masing narasumber menyampaikan beragam materi dari sudut pandang empat pilar utama Literasi Digital: Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).
Direktur Buku Langgar Abdul Rohman mengatakan, nilai-nilai sila Pancasila sebenarnya sangat relevan sebagai acuan berperilaku di era digital ini.
"Misalnya dalam sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, terkandung keberagaman yang menjunjung tinggi sikap saling menghargai, menghormati, merasakan, dan melindungi satu sama lain," kata Abdul.
Selanjutnya, pada sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Abdul Rohman menuturkan sila itu mengandung sikap adil kepada diri sendiri dan kepada orang lain merupakan kunci untuk saling menghargai, menghormati, dan merasakan perasaan orang lain.
Sedangkan pada sila ketiga Persatuan Indonesia, Abdul Rohman mengungkap menjadi panduan ketika bersikap dalam bermedia sosial harus senantiasa mendorong dan mengarahkan kita pada sikap persatuan antara manusia Indonesia.
Adapun melalui sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, Abdul Rohman mengatakan, bagi setiap pemeluk agama, hikmat dan kebijaksanaan adalah pandu utama dalam berdialog antarumat beragama.
"Bukan lagi benar-salah, baik-buruk orientasinya, namun kesepakatan dalam perbedaan menjadi tujuannya," katanya.
Adapun dari sila kelima Keadilan sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, bisa menjadi panduan bersikap. Bahwa sejak berdirinya negara ini, budaya asli Nusantara adalah budaya gotong royong untuk mencapai keadilan sosial.
"Artinya, memberikan akses dan kesempatan yang sama bagi segenap tumpah darah Indonesia untuk bisa menjalankan agamanya masing-masing. Tanpa ada paksaan dan gangguan sedikit pun, sesuai nilai nilai Pancasila," katanya.
Aina Masrurin dari Media Planner Ceritasantri.id dalam paparannya menjelaskan, di era digital ini penting bagi pengguna paham literasi digital secara matang sehingga bisa menghasilkan konten yang bermanfaat.
"Ada tujuh cara yang bisa dicoba untuk membuat konten menarik," kata dia. Pertama, konten yang dibuat haruslah orisinil. Kedua, fokus ciptakan headline yang kuat. Ketiga, konten harus bisa memberikan jawaban.
Keempat, akurat dalam mengamati dan melaporkan informasi. Kelima, ciptakan enganging content, keenam berkomunikasi lebih baik dengan penambahan gambar dan video, dan ketujuh tulis konten pendek namun meruncing.
Di wilayah Kabupaten Blora, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemkominfo RI) akan menyelenggarakan berbagai kegiatan Webinar Literasi Digital : Indonesia Makin Cakap Digital selama periode Mei hingga Desember 2021.
Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung percepatan transformasi digital, agar masyarakat makin cakap digital dalam memanfaatkan internet demi menunjang kemajuan bangsa. (Rls)
Post a Comment