Menyiapkan Milenial sebagai Guru Literasi Digital
Kebumen – Ada anggapan yang menyatakan kaum milenial memiliki karakter individual dan kompetitif sebagai akibat masifnya serbuan arus informasi. Sikap individual pada gilirannya akan menumbuhkan persaingan. Tingkat persaingan yang tinggi menumbuhkan semangat berkompetisi menjadi pemenang.
Pengajar UNMU Kebumen Mustolih mendedahkan asumsinya dari perspektif digital ethics dalam webinar bertema ”Milenial sebagai Guru Literasi Digital” yang dihelat Kementerian Kominfo bagi masyarakat Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Rabu (30/6/2021).
Acara virtual yang dipandu moderator Bobby Aulia ini, menampilkan narasumber lain: Zahid Asmara (Pembuat Film dan Peminat Seni), Andika Rendra Pribadi (Kaizen Room), Adhi Wibowo (Pengusaha), dan Musisi Nanda Candra selaku key opinion leader.
Menurut Mustolih, dari total 274,9 juta penduduk di Indonesia, 170 juta di antaranya telah menggunakan media sosial (61,8 persen) tahun 2020. Pengguna internet di Indonesia tumbuh 27 juta atau 15,5 persen menjadi 202,6 juta (2021), sementara angka pengguna aktif media sosialnya tumbuh 10 juta atau sekitar 6,3 persen dibandingkan bulan Januari 2020.
”Sementara 25,42 persen dari keseluruhan pengguna internet merupakan generasi milenial yang terdiri dari 91 persen pengguna internet aktif berusia 15-19 tahun, 88,5 persen berusia 20-24 tahun, dan 82,7 persen berusia 25-29 tahun. Artinya generasi milenial adalah penguasa internet,” tutur Mustolih.
Dengan fakta tersebut, lanjut Mustolih, rasanya tak berlebihan jika milenial diharapkan menjadi guru literasi digital. Apalagi, milenial juga memiliki karakter yang familiar dan suka memanfaatkan teknologi, menghargai produktivitas, dan terbiasa multitasking.
Meski begitu, Mustolih berharap agar milenial menerapkan 10 etika interaksi dan kolaborasi di internet. Masing-masing di antaranya: ingat keberadaan orang lain, Tidak menyalahgunakan kekuasaan, berpikir sebelum berkomentar, hormati waktu dan bandwidth orang lain.
”Kemudian juga gunakan bahasa yang sopan dan santun, membagi ilmu dan pengetahuan, memaafkan kesalahan orang lain, taat pada standar perilaku online, berdiskusi secara sehat, dan hormati privasi orang lain,” papar Mustolih.
Sementara Adhi Wibowo mencoba membedah profil kaum milenial. Menurutnya milenial atau lazim disebut generasi Y adalah mereka yang berusia antara 22-38 tahun. Generasi ini memiliki karakter kecanduan internet (games, medsos), individualis, cuek terhadap politik, cenderung materialistis, dan narsistis (share everything).
”Selain menjadi agent of change, generasi milenial diharapkan mampu memberikan contoh, menciptakan paradigma yang baik dalam menggunakan internet, dan harus banyak ide dan bersinergi,” pungkas Adhi. (*)
Post a Comment