Mengincar Pasar Milenial, Pasar Terluas di Bisnis Digital
WARTAJOGJA.ID: Bisnis yang bagus adalah bisnis yang menyelesaikan masalah pemiliknya, bukan malah menambah masalah. ”Nah, di masa pandemi, masalah terbanyak pengusaha adalah bagaimana bisa terus memasarkan sebanyaknya, seluasnya, dan secepatnya produk dia agar dapat mewujudkan service excellence. Dengan begitu, pemasukan bisa naik, syukur-syukur stabil, dan usaha bisa survive,” kata Sholahudin,CEO pasardesa.id.
Pasar luas yang mesti diincar, saat ini terus tumbuh. Mereka adalah kaum milenial yang semakin besar populasinya, berkemampuan mengakses dunia digital, dan angkanya ruaar biasa. ”Dari 270 jutaan populasi penduduk, ada 196 juta yang mampu mengakses internet dan rerata mengakses internet selama 8,5 jam sehari. Itu pasar masa depan yang terus berkembang,” ungkap Gilang Jiwana Adikara, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Yogyakarta.
Sholah dan Gilang memaparkan topik tersebut saat tampil dalam Webinar Literasi Digital dengan topik ”Memanfaatkan Aplikasi Digital untuk Usaha Ekonomi” bagi masyarakat Kabupaten Purworejo - Jawa Tengah, yang digelar Kementerian Kominfo RI. Webinar diikuti lebih dari 300 peserta lintas profesi dan generasi dari seantero kota pensiunan itu.
Selain Sholah dan Gilang, tampil juga Burhan Abe, founder dari Resep_Coffee, Edy SR dari brandpreneur dan Triwidyatmoko, presenter yang juga bertindak sebagai key opinion leader dan dimoderatori oleh Nabilla Shakieb.
Melihat luasnya pasar milenial, pengusaha Indonesia mestinya sangat optimistis dan menjadikannya peluang. Tinggal memilih platform dan aplikasi yang tepat untuk menembus dan mengeksekusi pasar yang lebih cocok untuk usaha kita. Kemudian, menyinergikan dengan produksinya.
”Banyak UMKM yang kami dampingi dalam penerapan aplikasi digital untuk pengembangan pasar, masalah yang sering muncul adalah produksinya belum siap. Kalau distribusi produksi pengiriman, kan sudah ada aplikasi digital, baik lewat grab atau gojek. Jadi, jangan sampai pasarnya sukses didapat dan berkembang, tapi produksinya masih belepotan. Ini yang butuh disinergikan ke depan supaya diperbaiki,” ujar Edy SR, mewanti-wanti.
Kalau aplikasi dan produknya sudah tepat dipilih, tinggal luaskan pasar globalnya. ”Sebab, ketika pasar rame-rame bikin kafe dan berebut pasar kopi, kami di resepkopi.com malah mencoba membantu memasarkan kopi lokal dari beberapa titik di Jawa Barat untuk kita jualkan ke pasar Amerika dan Prancis. Dengan pembayaran dolar dan euro, sudah pasti cuan-nya lebih oke dan bisa kita bagi lebih fair ke petani. Ini jadi tool petani buat main di skala dunia, dan itu mudah dengan aplikasi digital yang kita sediakan,” kata Burhan Abe yang juga jurnalis senior itu.
So? Semua sudah berubah. ”Kini, para pelaku harus mau menyesuaikan diri dengan transformasi digital. Kalau tidak mau mengambil manfaat dari peluang pasar digital yang makin berkembang, maka pengusaha dijamin tinggal tunggu waktu untuk ditinggal pelanggan dan ditinggal arus perubahan zaman,” pungkas Triwidyatmoko. (*)
Post a Comment