Kerumunan Joget Di Mall Sleman Disorot, Pengelola Jelaskan Kronologinya
WARTAJOGJA.ID : Perhelatan festival kuliner dan tari bertajuk Neocon Summer Festival yang digelar di mall Sleman City Hall Kabupaten Sleman Yogyakarta jadi sorotan karena massa tampak cuek berkerumun dan menari-nari di tengah laju Covid-19 wilayah itu.
Sebuah akun Twitter bernama @cuitanjojo yang mengunggah video itu menyebut event itu semacam event cosplay dan budaya populer Jepang dengan peserta dari berbagai daerah termasuk Jawa Tengah. Yang kini lonjakan kasus Covid-19 nya melesat pasca ditemukannya varian infeksi mutasi virus Covid baru di Kudus.
Tampak dalam video itu penonton berkerumun di area depan panggung dan berjoget ria tanpa peduli protokol kesehatan khususnya jaga jarak.
Public Relations Sleman City Hall Uray Dewi mengatakan Neocon Summer Festival sebenarnya merupakan event kuliner yang di dalamnya ada kompetisi menari atau dance competition.
"Sehubungan dengan pemberitaan perihal video yang beredar, kondisi saat itu sekitar 30 – 40 orang yang berada di area depan panggung, sementara area lainnya dalam kondisi lenggang, dengan antusiasme penonton maka terkesan terjadi kerumunan," kata Dewi.
Dewi mengatakan dalam kompetisi menari itu total jumlah peserta yang terlibat ada 20 grup, yang terdiri dari 4 – 6 orang per grup. Kompetisi digelar selama empat hari. Namun saat final, pada hari Minggu 13 Juni, kompetsi dimulai dari pukul 17.00 – 20.00 WIB.
"Dance competition ini berlangsung selama 4 hari dimulai pada hari Rabu (9/6) dengan penyisihan yang diikuti sebanyak 6 grup, kemudian Kamis sebanyak 6 grup, Jum’at sebanyak 8 grup, dan di malam final di hari Minggu sebanyak 6 grup," kata dia.
Selama acara berlangsung, ujar Dewi, pembawa acara itu sebenarnya selalu mengingatkan pengunjung agar tetap mematuhi protokol kesehatan seperti menjaga jarak, menggunakan masker, dan mencuci tangan atau menggunakan handsanitizer.
"Setiap pengunjung yang datang dan memasuki area mall diwajibkan untuk mencuci tangan, petugas melakukan screening suhu tubuh, dan menyemprotkan cairan handsanitizer. Pengunjung selama di area mall diwajibkan untuk selalu menggunakan masker," kata dia.
Namun kerumunan tetap tak terelakkan.
Sebelum dan setelah acara, Dewi mengatakan, pihaknya telah melakukan penyemprotan cairan disinfektan untuk mensterilkan area.
"Setiap empat jam sekali kami rutin membersihkan area dan permukaan yang sering disentuh oleh pengunjung," kata dia.
Di lokasi acara pihak mall mengaku juga menyediakan area untuk mencuci tangan, handsanitizer, serta masker cadangan bagi para pengunjung, peserta, maupun panitia acara.
"Petugas kami secara aktif selalu berkeliling untuk menghimbau seluruh pengunjung untuk mengenakan masker dan menjaga jarak serta tetap mematuhi protokol kesehatan," kata dia.
Dengan beredarnya video dan sorotan publik atas acara itu, Dewi mengatakan akan menjadi evaluasi manajemen dalam menjalankan protokol kesehatan ke depan.
"Kami selalu kooperatif terhadap instruksi PPKM Mikro dan disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan dari pemerintah," kata dia.
Pelaksana tugas Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Sleman Susmiarto mengatakan, pihaknya telah menindaklanjuti viralnya video ini dengan mengklarifikasi manajemen Sleman City Hall serta dan panitia acara.
"Kegiatan itu telah mengantongi izin dan awalnya bisa kondusif dengan menerapkan protokol kesehatan," kata dia.
Namun, ujar Susmiarto, di penghujung acara kerumunan mulai terjadi karena eforia massa. "Pengamanan sudah berusaha untuk membubarkan itu," kata Susmiarto.
Satpol PP Sleman pun telah melayangkan teguran kepada pihak manajemen dan panitia acara.
"Pembinaan beserta teguran akan dilanjutkan dengan sanksi tegas apabila pelanggaran serupa terulang," kata Susmiarto.
Sleman sendiri menjadi kabupaten di DIY yang penularan kasus Covid-19 nya terus di angka tertinggi belakangan terakhir. Sejumlah klaster terus bermunculan di Sleman dan Dinas Kesehatan Sleman mencatat 16 dari 17 kecamatan di Sleman sudah masuk zona merah Covid-19.
PRIBADI WICAKSONO
Post a Comment