Pesan Sultan HB X Kasus Nuthuk Harga Pecel Lele Yang Viral
Sultan Hamengku Buwono X (ist) |
WARTAJOGJA.ID : Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menghimbau para pedagang di tempat wisata untuk tak mengulangi kasus nuthuk harga seperti yang viral di Malioboro.
Sultan mengatakan pedagang perlu menjaga agar pelanggannya tidak lari melainkan semakin bertambah banyak.
”Ya kalau saya, berjualan itu mending untung secukupnya. Tapi langganan bertambah,” saran Sultan Senin (31/5).
Ia mengatakan, dengan pengalaman wisatawan yang menjual pecel lele dengan harga tak waja di Jalan Perwakilan ini, bisa menjadi pelajaran bagi pelaku wisata yang lain.
“Saya kira, (kalau) “nuthuk” terus tidak ada yang mangan meneh (makan lagi) tidak baik untuk jualan,” katanya.
Sultan berharap dengan kejadian tersebut, PKL di Malioboro bisa mengkonsolidasikan potensi yang ada. Meski berada di Jalan Perwakilan, PKL di Malioboro juga harus bertanggung jawab karena masuk dalam lingkungan Malioboro.
”Jangan hanya bicara Malioboro (jalan) saja. Tapi lingkungannya juga harus dikomunikasikan. Biar pun mungkin menjadi bagian dari warga Malioboro. Tetap dikonsolidasikan,” katanya.
Bahkan untuk memberi peringatan bagi PKL di Malioboro, Sultan melihat pedagang yang nuthuk tersebut beruntung karena harganya lebih mahal. Sebab jika lebih murah, malah akan menarik pelanggan PKL di Malioboro.
”Untung lebih tinggi. Nek lebih murah? Pasti menarik pelanggan yang lain,” katanya.
Ditemui terpisah, Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Wahyu Hendratmoko menjelaskan, pedagang pelaku yang “nuthuk” harga pecel lele tersebut sudah menjalami pemanggilan di kecamatan dan Satpol PP. Pihaknya mengaku sudah memberikan pembinaan terhadap ketiga pedagang yang diduga “nuthuk” harga tersebut.
“Sudah dilakukan. Untuk penindakan penutupan masih dalam kajian teman-teman Satpol PP,” kata Wahyu ditemui di balai kota, Senin (31/5/2021).
Ia menjelaskan, Dinas Pariwisata dengan adanya viral pedagang “nuthuk” harga pecel lele Rp 37 ribu dengan rincian pecel lele Rp 20 ribu, nasi Rp 7 ribu, dan sambal lalapan Rp 10 ribu, sudah melakukan konsolidasi dengan PKL. Mereka meminta masing-masing paguyuban atau komunitas PKL untuk mengecek ketersediaan daftar menu.
”Prinsipnya harus fair sejak awal. Itu yang kami minta kepada PKL agar mereka melaksanakan pelayanan yang optimal terhadap wisatawan,” kata Wahyu. (Cak/Rls)
Post a Comment