Concern Pemberdayaan Desa, UMY Gandeng Bumdes.id Bentuk Gerakan Kolaboratif
WARTAJOGJA.ID: Pemberdayaan masyarakat desa menjadi ikhtiar yang cukup lama dikembangkan demi mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat lewat peningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta pemanfaatkan sumber daya masyarakat desa.
Kepala Laboratorium Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sakir Ridho Wijaya mengatakan sejak setahun terakhir ini pihaknya kian concern melakukan pengabdian masyarakat salah satunya membantu percepatan pemberdayaan desa itu.
"Ilmu Pemerintahan UMY belakangan makin gencar dalam upaya-upaya pemberdayaan itu, kami berkomitmen bisa berkolaborasi dengan desa agar membentuk dan mengoptimalkan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) untuk kesejahteraan masyarakat," kata Sakir Ridho di sela seminar terbatas bertajuk “Strategi Pemberdayaan Masyarakat yang digagas Laboratorium Ilmu Pemerintahan UMY di Alana Hotel, Sabtu (8/5/2021) petang.
Menggandeng Bumdes.id, UMY pun mulai kembali memetakan masalah, potensi dan konsep apa saja yang akan relevan dalam upaya pemberdayaan itu.
"Dari UMY sendiri sekitar 29 dosen akan turun mengampu minimal 1 di tiap kelurahan plus 10 mahasiswa yang membantu. Ini yang akan UMY lakukan ke depan dalam pemberdayaan desa ini,” kata dia.
Sakir mengungkap salah satu tantangan yang perlu dipecahkan dalam pemberdayaan desa adalah banyaknya BUMDes yang tak berjalan setelah dibentuk.
"Dari pendampingan kolaboratif yang digagas ini diharapkan tak terjadi lagi BUMDes mangkrak," kata dia.
BUMDes yang ibarat roda penggerak ekonomi desa untuk mandiri ini mangkrak satu faktornya belum membuat rencana jelas, akan melakukan apa setelah terbentuk.
Kebanyakan pembentukan BUMDes itu dilatari keinginan membentuk saja, tanpa disertai rencana kerjanya ke depan seperti apa .
"Pengelolanya akhirnya bingung dan mangkrak. Ini yang sekarang kami dampingi, agar BUMDes berjalan lagi dan mensejahterakan masyarakat,” kata dia.
Dalam seminar yang dihadiri perwakilan 17 desa di DIY itu hadir pula narasumber Rudy Suryanto, founder Bumdes.id.
Rudy menjelaskan detil latar mengapa desa kebingungan merealisasikan pembentukan BUMDes.
" Selama ini masyarakat desa merasa khawatir ketika hendak membentuk BUMDes karena pemikiran negatif akan rugi. Secara umum desa tak memiliki konsep kedepan terkait roadmap BUMDes yang dibuat," katanya.
Masih ada kekhawatiran masyarakat dengan kerugian yang harus dialami dari BUMDes dan lainnya.
"Mindset ini harus diubah, bahwa BUMDes bisa maju, tidak apa rugi, namun prosesnya dijalani," katanya.
Rudy menambahkan adanya aturan di PP 11 tahun 2021 tentang BUMDes, yang mana saat ini BUMDes berperan sebagai wadah produk dari masyarakat. Ia mencontohkan bagaimana sentra usaha Manding dan Kasongan Bantul yang seluruhnya berusaha di bidang tersendiri bisa bergerak maju bersama.
BUMDes mengampu branding, packaging dan membantu pemasaran.
"BUMDes bisa membantu membuat web bagus dan bisa jalan. Sudah ada gapoktan, pokdarwis dan BUMDes tinggal mengecat saja menyempurnakan," pungkasnya. (Cak/Rls)
Post a Comment