Pemerintah Ajak Masyarakat untuk Mengelola Sampah di Masa Pandemi
WARTAJOGJA.ID : Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) diperingati setiap tanggal 21 Februari, sebagaimana telah ditetapkan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup pada 2006 yang lalu. Pemerintah Indonesia sendiri telah menargetkan secara nasional, sampah akan berkurang sebanyak 30% di tahun 2025 nanti.
Di masa pandemi ini, bidang pengelolaan sampah menjadi salah satu sektor usaha yang resilient. Dengan memanfaatkan momentum HSPN 2021, pengelolaan sampah dapat menjadi pendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia dengan mewujudkan prinsip waste to resource melalui pelaksanaan ekonomi sirkular dan menjadikan sampah sebagai sumber energi alternatif.
Untuk meningkatkan literasi sampah, maka Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), dan Direktorat Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim, menyelenggarakan acara Pojok Literasi yang bertema "Sampah Bahan Baku Ekonomi di Masa Pandemi" pada Sabtu, 27 Februari 2021.
Acara yang ditayangkan melalui kanal YouTube Ditjen IKP Kominfo dan aplikasi Zoom tersebut menghadirkan narasumber Ari Sugasri selaku Kepala Sub Direktorat Sampah Spesifik dan Daur Ulang, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Didi Kaspi Kasim selaku Editor in Chief National Geographic Indonesia, dan Sophia Shanti Meilani selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Bhayangkara, serta dibuka oleh Septriana Tangkary, Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim.
Septriana Tangkary mengatakan bahwa kita harus bisa memilah dan memilih penempatan yang tepat antara sampah botol, sampah plastik, dan sampah tumbuhan. “Hal baik ini harus dilakukan demi menjaga lingkungan,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan mengenai pendekatan prinsip 3R dalam mengelola sampah, yaitu Reduce (mengurangi), Reuse (memakai kembali), dah Recycle (mendaur ulang).
Selain untuk daur ulang, Septriana juga menyebutkan jika sampah dapat dijadikan sumber energi (waste to energy), salah satu contohnya adalah proyek PLTSa Bantar Gebang yang akan menjadi pembangkit listrik tenaga sampah pertama di Indonesia.
“Melalui komunikasi, informasi, dan edukasi semoga dapat membangun kesadaran, membangun gerakan, membangun kebiasaan, dan membangun budaya yang diharapkan dapat memberikan dampak yang positif untuk semua,” ucapnya.
Sementara itu, Ari Sugasri menjabarkan bahwa rendahnya kualitas Pemerintah Daerah, rendahnya kepedulian publik dan tanggung jawab produsen, tren komposisi sampah plastik, penegakan hukum, dan impor scrap bercampur sampah, masih menjadi persoalan mendasar dalam pengelolaan sampah di Indonesia.
Mengenai tanggung jawab pengelolaan sampah, Ari mengatakan bahwa itu menjadi tanggung jawab semua pihak. Menurutnya, baik itu produsen, Pemda, serta seluruh masyarakat Indonesia masing-masing bertanggung jawab terhadap pengelolaan sampahnya.
“Sampahmu tanggung jawabmu, sampahku tanggung jawabku,” ujarnya.
Di kesempatan yang sama, Didi Kaspi Kasim mengatakan bahwa persoalan perubahan iklim adalah hal yang nyata dan sedang kita alami saat ini, salah satu penyebabnya adalah pengelolaan sampah dan limbah yang kurang baik.
Bersumber dari data dan fakta sampah Indonesia, menurutnya dari beberapa tahun terakhir ada upaya perbaikan yang dilakukan, seperti meningkatnya kapasitas daur ulang dari tahun ke tahun, dan lain sebagainya. Namun peningkatan itu belum cukup untuk bisa menghadapi permasalahan yang dihadapi terutama daya konsumsi yang melampaui kemampuan kita untuk mengelola sampah.
“Kita harus mengedukasi dengan membuat tulisan-tulisan, material, menggunakan sosial media, seperti TikTok karena itu sekarang adalah hal yang paling efektif bagi kreator konten untuk dapat berbicara dengan audiensnya. Lalu membuat offline activities dan juga kolaborasi, karena persoalan ini tidak bisa disuarakan sendirian,” jelas Didi.
Pada sesi narasumber yang terakhir, Sophia Shanti Meilani mengatakan jika sampah dapat berdampak pada pencemaran air, tanah, dan udara yang dapat menjadi tempat berkembangbiaknya penyakit yang menyebabkan gangguan kesehatan. Selain itu menurutnya, sampah juga dapat menimbulkan gangguan pada ekosistem dan juga menurunkan estetika di lingkungan sekitarnya.
Sophia menjelaskan jika pemilahan sampah merupakan kunci pemanfaatan kembali sampah, karena sampah yang sudah terpilah tidak terkontaminasi dengan bahan lain sehingga memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi.
“Dengan memanfaatkan kembali sampah, maka jumlah sampah yang dibuang ke TPA dapat dikurangi, serta menjaga lingkungan dan sumber daya alam. Pemanfaatan sampah juga dapat memberikan penghasilan tambahan,” ujarnya. (Pin)
Post a Comment