Tinjau Kelompok Tani Ikan Bantul, Stafsus Menaker Hindun Anisah Beri Pesan Ini
Staf Khusus Menteri Ketenagakerjaan RI, Hindun Anisah meninjau kelompok tani ikan Kembang Sari, Bantul Yogyakarta Kamis 24 Desember 2020. |
WARTAJOGJA.ID: Staf Khusus Menteri Ketenagakerjaan RI, Hindun Anisah meninjau kelompok tani ikan Kembang Sari, Bantul Yogyakarta Kamis 24 Desember 2020.
Dalam monitoring itu, Hindun berdialog dengan kelompok tani ikan setempat khusus terkait program Kementerian Ketenagakerjaan di masa pandemi Covid-19.
Hindun mengatakan, khusus untuk sektor perikanan memang dampaknya tidak terlalu berat dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.
“Tetapi tetap terdampak. Makanya kami memberikan bantuan ke semua sektor termasuk perikanan berupa program Tenaga Kerja Mandiri Jaring Pengaman Sosial (TKMJPS),” katanya saat meninjau kelompok tani ikan Kembang Sari, Bantul.
Anisah mengatakan, ada ribuan yang mengajukan program bantuan TKMJPS ini.
“Kelompok yang mendapatkan bantuan dari berbagai macam sektor. Kami tidak ingin yang terpuruk semakin parah dan yang terdampak sedang, semakin berat,” katanya.
Anisah mengatakan, mereka yang lolos seleksi mendapatkan dana sebesar Rp40 juta per kelompok. “Kalau memang dalam program ini mereka dianggap berhasil, maka tahun 2021 nanti bisa mengajukan program wirausaha lanjutan,” ucapnya.
Ketua Kelompok Tani Ikan Kembang Sari, Srimartani, Piyungan, Bantul, Budi Haryono mengatakan sektor kuliner di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) saat ini kembali menggeliat.
Hal itu terbukti dengan makin stabilnya permintaan bahan baku berupa dari kelompok petani ikan, seperti lele dan nila.
Menurutnya hasil produksi lele per bulannya antara tiga sampai empat ton. “Seminggu sekali atau dua minggu sekali panennya diambil oleh pedagang,” katanya.
Budi mengatakan, pedagang yang mengambinya biasa disetorkan ke pelaku usaha kuliner di DIY, termasuk di warung-warung lesehan. “Lele ini untuk mencukupi kebutuhan lokal di DIY saja. Bahkan kadang kurang, karena pedagang juga masih mengambil dari Boyolali,” katanya.
Menurutnya, jumlah permintaan tidak ada perbedaan baik sebelum terjadi pandemi Covid-19 maupun saat ini. Hanya pola pengambilan lele oleh pedagang kadang berubah.
“Sebelum pandemi, biasanya satu minggu pedagang ada yang ambil tujuh kwintal. Kemudian saat pandemi sekitar empat sampai lima kwintal, sisanya diambil hari selanjutnya. Tapi tetap dari petani bisa stabil per bulan menjual tiga sampai empat ton,” katanya.
Budi mengatakan, untuk harga lele pun juga tidak terlalu berpengaruh dengan adanya pandemi Corona ini. Yakni sebesar Rp17 ribu sampai Rp18 ribu per kilogramnya. “Harga juga cenderung stabil sejak dua tahun belakangan ini,” katanya. (Cak/Rls)
Post a Comment