Diskusi Harlah ASRI Angkat Soal Penguatan SDM Seni Melalui Pendidikan Tinggi
Poster pameran pameran Harlah ke- 70 Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta |
WARTAJOGJA.ID Sebagai penutup rangkaian kegiatan pameran HARLAH ke- 70 Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) yang menjadi cikal bakal Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta, diselenggarakan Forum Seni Kebangsaan dalam bentuk diskusi secara daring melalui platform zoom meeting.
Diskusi mengambil tema: Memahami Indonesia Melalui Pendidikan Seni “Peran, Kontribusi Seniman, Seni, dan Pendidikan Seni dalam Membangun Indonesia Bermartabat”.
Gagasan dari pelaksanaan forum diskusi ini adalah mempertemukan beragam perspektif dalam melihat pendidikan seni melalui pandangan dari penentu kebijakan, pelaksana pendidikan, dan para seniman.
Forum diskusi menghadirkan narasumber Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nadiem Makarim, MBA., Prof. Dr. M. Agus Burhan Rektor ISI Yogyakarta sebagai keynot speaker sekaligus narasumber, Dr. Suwarno dosen seni rupa dan kurator seni juga sebagai narasumber.
Mewakili seniman dan alumni hadir sebagai pembicara Butet Kartaredjasa dan Entang Wiharso. Diskusi dipandu Dr. Suastiwi Triatmodjo dosen seni rupa ISI Yogyakara sebagai moderator.
Mendikbud membuka diskusi dengan menyampaikan pandangannya bahwa seniman harus memiliki keberanian untuk menghadirkan karyanya ke tengah masyarakat.
"Keberanian yang dimaksud adalah keberanian sosial (sebagai seniman dalam profesi), sehingga mempertimbangkan penghasilan juga merupakan suatu point penting dalam perkembangan kreativitas," ujar Nadiem.
Disrupsi teknologi, ujar Nadiem, harus menjadi kesadaran seniman dan harus mengetahui bagaimana menemukan posisinya dalam perkembangan yang cepat dan masif dalam teknologi. Seni juga bisa dilihat dalam dimensi psikososialnya, sehingga potensinya melahirkan seni sebagai jembatan sosial.
Prof. Dr. M. Agus Burhan, Rektor ISI Yogyakarta dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa perlu mentransformasikan nilai-nilai ASRI (kebangsaan, kerakyatan, SDM seni) dalam paradigma dan kebutuhan masa kini.
"Penguatan SDM seni lewat pendidikan tinggi sekarang harus menghasilkan karya unggul, penguasaan ilmu, teknologi informasi, dan digitalisasi," kata Agus Burhan.
Selain kompetensi seniman yang unggul, harus juga disertai social skill, soft skill, dan jiwa entrepreneurship yang kuat. Berbagai kegiatan pengabdian kepada masyarakat, dan magang di luar kampus menguatkan kesadaran pada nilai-nilai kerakyatan yang kreatif dan inovatif, serta nilai-nilai toleransi dan kebangsaan.
Entang Wiharso dan Butet Kertaradjasa, sebagai seniman dan alumni ISI Yogyakarta mengharapkan agar pemerintah memperhatikan museum, karena kesenian (seni rupa) membutuhkan rumah bersama, sehingga outputnya bisa untuk menampilkan lukisan dan karya seni yang lain.
Museum/galeri merupakan representasi dari nilai identitas suatu bangsa, dan juga bisa menjadi tempat pertemuan publik seni dan menjamu tamutamu budaya. Seni juga dapat diberdayakan untuk menghadapi intoleransi dan menangkal radikalisme yang sudah tampak. Dalam kesempatan tersebut mereka mengutarakan masih ada pandangan seniman, bahwa mendapat pengetahuan seni lewat mengakses informasi dari/lewat dunia luar lebih mudah dari pada lewat perguruan tinggi seni.
Dr. Suwarno, dosen ISI Yogyakarta dan kurator seni dalam paparannya menekankan bahwa seni harus bisa lintas nilai. Memahami nilai-nilai kebangsaan lewat keberagaman, melalui seni harus menjadi visi perguruan tinggi. Problim yang lain adalah bagaimana mendorong seni sebagai ilmu pengetahuan.
Forum diskusi berjalan lancar, menarik, dan respon peserta yang antusias sampai kegiatan tersebut berakhir. (Rls)
Post a Comment