BPPTKG Jelaskan Soal Rekahan Merapi Yang Terus Memanjang Dan Banyak
WARTAJOGJA.ID : Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mendeteksi gejala baru perkembangan rekahan di tebing dan puncak atau kawah Gunung Merapi akhir pekan ini Jumat 11 Desember 2020.
Sejak rekahan-rekahan itu ditemukan pada pengamatan pada awal Desember 2020 lalu, dalam periode pemantauan 4-10 Desember rekahan itu tampak semakin memanjang dan banyak.
“Rekahan yang pekan lalu ditemukan panjangnya masih sekitar 65 meter kini sudah menjadi 120 meter, sedangkan rekahan baru yang muncul panjangnya 30-70 meter,” ujar Kepala BPPTKG Hanik Humaida di Yogyakarta Jumat 11 Desember 2020.
Fenomena rekahan itu dibaca BPPTKG sebagai perubahan morfologi biasa yang terjadi di Gunung Merapi yang aktivitas vulkanisnya masih tinggi meski status masih berada di level III atau Siaga. Rekahan itu sebagai dampak fisik dari masih adanya desakan dari pergerakan magma di dalam perut Merapi yang terus mencoba keluar.
Hanya saja soal pengaruh dari rekahan Merapi yang semakin panjang dan banyak itu, ujar Hanik, tidak ada pengaruhnya secara langsung kepada masyarakat. Hanik memperkirakan rekahan yang ada hanya akan mempengaruhi jangkauan atau jarak guguran jika terjadi kenaikan aktivitas.
BPPTKG mencatat, dalam periode pemantauan sepekan terakhir itu juga mendeteksi aktivitas kegempaan menurun. Namun Hanik mengingatkan bukan berarti turunnya aktivitas kegempaan itu mengendorkan aktivitas Merapi di dalam.
“Untuk saat ini jumlah energi di Merapi justru meningkat meskipun tidak signifikan, karena perhitungan energi tak sebatas pada kegempaan tapi juga apmlitudonya,” ujarnya.
Secara umum, sepekan terakhir cuaca di sekitar Gunung Merapi cerah pada pagi hari, sedangkan siang hingga malam hari berkabut. Asap berwarna putih, ketebalan tipis hingga tebal terpantau dengan tekanan lemah.
Tinggi asap maksimum 400 meter sempat teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Selo pada tanggal 4 Desember 2020 pukul 10.30 WIB. Adapun guguran yang teramati dari Pos Babadan dengan jarak luncur ± 200 meter ke arah hulu Kali Lamat di sektor barat pada tanggal 8 Desember 2020 pukul 09.17 WIB.
Analisis morfologi area puncak berdasarkan foto dari sektor tenggara tanggal 8 Desember terhadap tanggal 29 November 2020 menunjukkan adanya sedikit perubahan morfologi area puncak.
Dari data drone tanggal 5 Desember 2020 juga diperoleh gambaran bahwa tidak teramati adanya material baru (kubah lava baru).
Selain itu, meski sepekan ini intensitas hujan di Gunung Merapi tertinggi sampai 61 mm/jam selama 115 menit namun tidak sampai memicu lahar dingin maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi.
Untuk masyarakat diminta tetap waspada, karena aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tingg.
“Potensi bahaya masih berupa guguran lava, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dan awan panas sejauh maksimal 5 km,” ujar Hanik. (Cak/Rls)
Post a Comment