Begini Cerita Video Klip 'Lara Banget Neng Atiku' Dari Rofa Koplo Enterprise
WARTAJOGJA.ID : Inovatif, mudah dinikmati, dan total!
Itulah tiga kesan singkat yang pertama kali muncul ketika menyaksikan video single “Lara Banget Neng Atiku” ini.
Inovatif dari segi videografi, mudah dinikmati lagunya, dan penuh totalitas dalam produksinya. ROFA bereksplorasi menyentuh purba, menjapri anak muda dan koplomania!
Namun sebelum membahas lebih jauh, bolehlah disinggung sedikit bahwa peristiwa musik pada abad digital-internet saat ini memang telah sedikit banyak bergeser (bentuknya) menjadi “seni audio visual”, bukan hanya “seni dengar” (auditif). Secara lebih luas lagi, musik adalah “seni everything, seni segala kemungkinan.”
Lihat saja, kita bisa menemukan gambar dan warna, di mana itu berasosiasi pada “seni visual” dalam beragam ekspresi dan bentuk; kita juga bisa menemukan gerak tubuh yang berirama, di situlah musik mengandung “seni tari”; lalu kita bisa mencermati adanya adegan-adegan tubuh yang memang diarahkan secara khusus agar “bercerita”, didukung artistik, itulah “seni teater”— itu pun masih dibalut dengan “seni berpakaian” (fashion).
Dan yang tidak kalah penting lagi, katakalimat yang tersusun rapi dan kemudian dilagukan itu, berpedoman pada kaidah-kaidah rima dan idiom di dalam “seni sastra”.
Sedemikian luasnya... dan ROFA punya insting, pengetahuan, kesungguhan, ketulusan, dan semangat kolektif yang sangat solid, di mana semua itu (selalu) dipakai sebagai bekal utama untuk mewujudkan setiap karya mereka.
Pada lagu ini ROFA mengangkat tema yang sangat umum dan masih digandrungi anak muda maupun para penggemar dangdut koplo, yaitu soal ikatan cinta yang kandas di tengah jalan. Alur nafas liriknya juga sangat umum.
Namun yang menjadi spesial, lagu ini dikemas secara khusus untuk memberi kesegaran baru di tengah gelombang produksi audio-visual lagu-lagu dangdut koplo yang cenderung seragam dan kurang inovatif.
“Kalau bicara soal cinta, sejak purba hingga sekarang ya sama saja, namun kami ingin menggarap visual lagu ini secara serius, dan seharusnya musik dangdut koplo di Indonesia bisa memberikan value tersendiri bagi masyarakat, khususnya dari segi visual, kami berusaha mengeksplorasi itu, tidak hanya mainmain atau semata demi hiburan,” ujar Uly Assidqi, sutradara dan video maker untuk single ini dalam siaran pers Sabtu (12/12/2020).
Dengan mengambil latar syuting di objek wisata Geoforest Watu Payung Turunan, Girisuko, Panggang, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, ROFA tampil sangat khas dengan kostum dan elemen-elemen purba yang mampu memberi tohokan tersendiri.
ROFA juga melibatkan masyarakat sekitar untuk memerankan beberapa sosok di video ini demi memberi penguatan dan perluasan karakter. Konsep ini tentu saja sangat menarik, di mana ada unsur “seni partisipatoris” (melibatkan warga, tidak eksklusif), dan tentu saja akan mampu mengangkat potensi wisata Geoforest Watu Payung Turunan.
Lirik dan lagu yang dikarang oleh Gus Fuad Plered ini didukung oleh aransemen musik yang efisien dan apik dari Sasi Kirono dan Adiyatma Dadi Raharjo.
Meski cuma berdurasi 3 menit 17 detik, lagu ini berhasil mencapai klimaks karena sentuhan elemen-elemen aransemen yang cerdas.
Tidak mudah untuk melakukan semua itu; dan secara auditif-visual juga menyatu, menjadi holistik. Di lagu ini Gus Fuad juga mampu membawakan dengan timbre, artikulasi, dan gestur yang pas, sehingga menguatkan kesan nggrantes di lagu ini, terutama pada bagian refrain yang sangat menyentuh. Mudah dinikmati dan dinyanyikan kembali.
Tergambar jelas di kolektif ROFA, bahwa cinta itu keyakinan, bukan semata hubungan dua insan, persis seperti yang dikatakan filsuf Eric Fromm berikut ini: “Cinta adalah tindakan keyakinan; dan siapa pun yang kecil keyakinannya, kecil juga cintanya.” Kemunculan single ini tentu saja akan semakin memberi warna pada geliat “Dangdut Koplo Jogja” dan Indonesia pada umumnya. Selamat!
(Penulis: Erie Setiawan/@erie_setiawan. Kontributor: Andri Widi Asmara/@andrinyong).
Post a Comment