Merapi Diprediksi Segera Erupsi, 34 Barak Pengungsian Disiapkan
WARTAJOGJA.ID: Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) memprediksi Gunung Merapi yang statusnya dalam level Waspada saat ini dalam waktu dekat erupsi.
Prediksi itu berdasar aktivitas vulkanik Merapi yang intens terus terjadi semenjak letusan 21 Juni 2020 silam.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta Joko Supriyanto menuturkan pemerintah daerah telah melakukan sejumlah mitigasi demi persiapan menghadapi kemungkinan erupsi Gunung Merapi berikutnya.
" Sekarang ada 34 unit pengungsian yang sudah siap, baik yang dikelola BPBD maupun yang dikelola desa,” ujar Joko Selasa (3/11).
Adapun 12 barak yang dikelola BPBD daya tampungnya masing-masing sekitar 300 orang. Sedangkan barak yang dikelola dusun/desa terdekat Merapi jumlahnya ada 22 barak dengan kapasitas beragam 100-200 orang.
“Untuk pandemi Covid-19 ini, kemungkinan satu barak akan dibatasi kapasitasnya jika terjadi erupsi. Misalnya yang kapasitas 300 orang dibuat maksimal hanya 100 orang, “ ujar Joko.
Dengan status Merapi yang ada di level II atau waspada itu, pemerintah daerah juga telah melatih mitigasi bencana khususnya upaya penyelamatan diri darurat bagi warga lereng. Baik tingkat RT atau dusun.
“Termasuk saat evakuasi, jumlah kendaraan yang tersedia untuk mengangkut berapa, siapa naik kendaraan yang mana, jalurnya di mana, titik kumpulnya di tempat siapa,” ujarnya.
Joko menuturkan, dari informasi BPPTKG yang diterima pihaknya, erupsi Merapi selanjutnya skalanya tidak akan lebih dahsyat dibanding erupsi 2010 silam. Namun persiapan mitigasi yang dilakukan pihaknya tetap mamsilam, berkaca skala erupsi Merapi satu dasawarsa lalu.
Erupsi Merapi selanjutnya, ujar Joko, skala kekuatannya diprediksi hanya sepersepuluh dari erupsi tahun 2006 lalu atau seperseratus dari skala erupsi 2010.
“Jadi jangan bayangkan erupsi berikutnya akan sama tahun 2010 silam, karena banyak yang sudah berubah,” ujar Joko.
Salah satu faktor yang menyebabkan erupsi Merapi berikutnya relatif lebih kecil skalanya karena saat ini di puncak Merapi sudah tidak ada tumpukan kubah lava yang berpotensi memicu pergerakan awan panas yang mematikan itu.
Yang ada di puncak saat ini menurut Joko adalah material kubah lava sebanyak 200 ribu meter kubik yang proses pembentukannya terpantau mulai 2018 namun sudah berhenti sejak 2019 silam.
Hasil monitoring BPBD Sleman untuk berbagai jalur evakuasi di desa-desa terdekat Merapi yang dianggap rawan bencana juga masih layak dilalui.
Jika sewaktu-waktu kondisi gawat darurat karena terjadi erupsi, menurut Joko satu komando untuk warga agar segera turun ke bawah juga dapat berjalan lancar di jalur evakuasi yang sudah disiapkan itu.
Pendataan pada keluarga yang saat ini masih tinggal di permukiman terdekat puncak Merapi atau wilayah Kawasan Rawan Bencana III yang berjarak sekitar 5 kilometer, juga sudah dilakukan. Terutama untuk warga yang tinggal di wilayah seperti Dusun Srunen, Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, juga Turgo.
“Ada sekitar 300 KK (kepala keluarga) yang saat ini tinggal di wilayah terdekat puncak Merapi, kami juga sudah melakukan pendataan dan simulasi tanggap darurat,” ujarnya. (Cak/Rls)
Post a Comment