Mencari Kedamaian, Singkirkan Pagebluk
WARTAJOGJA.ID: Cuaca cerah siang menjelang sore itu, seolah kembali menyambut umat Hindu yang datang dari wilayah Klaten dan Sleman, serta beberapa tamu undangan khusus yang hadir terbatas di area utama Candi Prambanan, Kamis 12 November 2020.
Mereka semua hadir untuk mengikuti upacara perayaan ABHISEKA #2, di area utama kompleks Candi Prambanan yang menjadi situs landmark bersejarah umat Hindu di Indonesia.
Dari seratus undangan yang hadir, tampak Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI, Ketua Umum PHDI Pusat, Ketua PHDI Jawa Tengah, Ketua PHDI DIY, Pembimas Kementerian Agama Hindu DIY, PHDI Klaten, PHDI Sleman, serta umat Hindu Darma yang ada di wilayah Klaten dan Sleman secara terbatas mengikuti protokol kesehatan Covid-19 dari pihak pengelola PT.Taman Wisata Candi Prambanan.
Upacara langka yang baru dihidupkan kembali setelah ribuan purnama ini, diawali dengan prosesi arak-arakan kesenian baleganjur dari Komunitas Wisnu Sakti yang mengiringi perjalanan Lingga-Yoni dari Pura Wisnu Sakti, Tambakan, Klaten menuju Candi Prambanan. Menjadi istimewa dengan kehadiran koreografer-penari kondang Yogyakarta, Didik Nini Thowok.
Tari Ardhanareswara
Sebagai daya tarik dalam perayaan upacara Abhiseka kali ini adalah pentas tari tunggal Ardhanareswara yang ditarikan langsung oleh Didik Nini Thowok yang iringi musik dari Kelompok Sandya Gita (Klaten) yang biasa mengiringi musik ritual keagamaan Hindu di area Klaten dan sekitarnya. Ardhanareswara adalah tarian sakral simbolisasi menyatunya Siwa Parwati dalam tubuh manusia.
'Sebagai tajuk utama yang diusung dalam agenda event Abhiseka yang dihelat di Candi Prambanan ini adalah _Samapta Diwyottama Siwalaya_ 1164 Masehi," ungkap Ketua Panitia Abhiseka, Nur Khotimah atau yang akrab dikenal dengan Nur Kesawa.
_Samapta Diwyottama Siwalaya_ sendiri berarti sebuah tempat bersemayamnya Dewa Siwa atau Istana Dewa Siwa yang mengutamakan kedamaian. Sebagai salah seorang penggagas dan panitia lebih lanjut katanya,
"Perayaan upacara ritual ini sendiri adalah sebuah peringatan berdirinya Candi Prambanan yang mulai dibangun pada tahun 856 Masehi silam."
Sebelumnya, semua prosesi upacara ritual ini diawali dengan upacara _Matur Piyuning_ (7/11), di area utama Candi Prambanan yang dilaksanakan oleh Ida Bhavati Mahendrajaya sebagai langkah awal untuk memohon ijin dan restu agar perhelatan Abhiseka tahun 2020 ini berjalan baik dan lancar.
Menurut Mahendrajaya, mewakili Panitia Bidang Upakara, "Kami sangat bangga, bisa mengenalkan kembali sesaji utama yang dipakai pada saat pendirian Candi Prambanan kala itu. Disamping tradisi sesaji era awal dahulu, kami juga menggunakan sesaji yang biasa digunakan oleh umat Hindu pada jaman ini saat mengadakan puja wali".
Menurutnya, disinilah keunikannya, "Bagaimana menyatukan tradisi lama dan baru agar tetap lestari dalam Abhiseka. Hingga masyarakat awam bisa lebih mengenal secara luas arti sesaji yang asli dan masih sangat sederhana pada jamannya hingga hari ini," tandas pengampu Ashram Windunada, Sleman itu melengkapi.
Kearifan Lokal
Meski tahun kedua ini dirayakan bersama umat yang sangat terbatas karena sikon pandemi. "Harapan kami, tahun-tahun ke depannya bisa lebih maksimal dan meriah lagi dengan dukungan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya, serta tentunya umat sedarma di area Jawa Tengah dan DIY," papar Nur kemudian.
Sedang sehari sebelumnya, Rabu (11/11), juga diadakan napak tilas pengambilan Tirta Pawitra atau Amerta di Candi Losari, Situs Tukmas, Candi Umbul, Candi Wukir, Candi Kedulan, Candi Ratu Boko, Candi Prambanan secara serentak sebagai bagian dari sesaji utama pelengkap upacara.
Prosesi Pradaksina mengelilingi Candi Siwa dalam Upacara Abhiseka di Candi Prambanan (FG.PANDHUAGIE) |
Puncak acara dari upacara inti ini adalah _manusukshima_ yang dipusatkan di Candi Siwa. Sembari mengusung iringan 9 Bendera Panji-Panji Dewa Nawa Sangga, serta _pradaksina_ atau arak-arakan mengikuti arah jarum jam dengan mengelilingi Candi Siwa sebanyak 3 kali sebagai situs candi utama, diantara Candi Brahma dan Candi Wisnu.
Agenda yang akan diadakan tahunan ini, dipungkasi dengan pemecahan telur ayam kampung sebanyak 11 butir dari berbagai perwakilan yang hadir sebagai acara penutup dari upacara perayaan _manusukshima_ Abhiseka yang dipimpin oleh Romo Rsi Sajiwo (Klaten) dan Sira Mpu Girinatha (Yogyakarta).
Pada kesempatan ini, kedua _sulinggih_ yang menjadi manggala upacara secara khusus juga menyampaikan doa agar pagebluk pandemi Covid-19 dapat segera berakhir dari bumi nusantara.
Prosesi Pemecahan 11 Telur Ayam Kampung di Lingga-Yoni sebagai Penutup Upacara Abhiseka (FG.PANDHUAGIE) |
Selain itu, ada juga sambutan dari Dirjen Bimas Hindu, Kementerian Agama RI, Dr. Tri Handoko Seto, S.Si, M.Sc, "Sebagai orang baru, saya sangat mengapresiasi kegiatan Abhiseka. Ini sebuah terobosan untuk mengenalkan kembali sejarah keberadaan candi-candi Hindu di Indonesia dengan segala keberagaman dan kekhasannya".
Lebih jauh, pemangku baru dijajaran Kementerian Agama RI ini, mengatakan agenda seperti ini bisa menjadi sebuah kajian akan kearifan lokal dari mahakarya para leluhur kita yang bisa bertahan dan kita jaga bersama sampai hari ini.
Penulis: FG.PANDHUAGIE
Post a Comment