Tim Dosen UAD Latih Guru Optimalisasikan Google for Education untuk Fisika dan Perangkat Pembelajarannya
Tim Dosen Pendidikan Fisika FKIP UAD Yogyakarta gelar pelatihan optimalisasi Google for Education untuk Guru Fisika dan IPA |
WARTAJOGJA.ID: Untuk membantu memudahkan Guru Fisika dan IPA dalam memilih media pembelajaran online yang mudah, gampang diakses, namun tetap menarik bagi siswa, Tim Dosen Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta mengadakan pelatihan optimalisasi Google for Education untuk Fisika beserta perangkat pembelajarannya untuk Guru Fisika dan IPA.
Ketua Tim Dosen UAD Dian Artha Kusumaningtyas MPdSi,
didampingi anggota tim Sutriman MKom, dan Fajar Fitri MPdSi menyampaikan,
peserta pelatihan adalah Guru Fisika dan Guru IPA di Yogyakarta dan seluruh
Indonesia yang meliputi Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Nusa Tenggara. Menurut
dia, di era pandemi Covid-19, guru tetap dituntut melakukan pembelajaran secara
online atau daring.
"Selain itu, evaluasi pembelajaran secara
online juga masih menjadi suatu permasalahan. Maka perlu dirancang dan disusun
suatu instrumen evaluasi pembelajaran secara online yang efektif," ujar
Dian Artha, melalui keterangan tertulis, Kamis (8/10).
Dian Artha menuturkan, pelatihan ini dilaksanakan
dalam 3 sesi. Yakni sesi pertama, 25 September 2020, dengan materi digital
school dan optimalisasi penggunaan PowerPoint untuk pembelajaran. Selanjutnya
sesi kedua, 2 Oktober 2020, dengan materi mendiagnosa siswa dan tindak
lanjutnya dan pembuatan media video. Dan Sesi ketiga, 9 Oktober 2020, dengan
materi evaluasi pelatihan.
"Pelaksanaan pelatihan seluruhannya dilakukan
secara online via zoom meeting," ungkap Dian Artha.
Pelatihan sesi pertama diawali dengan pemaparan
materi oleh Sutriman. Dia memberikan contoh bagaimana membuat slide yang baik
dan mengoptimalkan PowerPoint dengan rekaman suara, Peserta langsung praktek
mengikuti arahan pembicara dan tidak mengalami kendala.
"Peserta sangat antusias dan termotivasi untuk
mempraktekkannya," terang Sutriman.
Dalam sesi diskusi, Guru IPA SMP Unggulan Aisyiyah
Bantul Widya Rahmadhani SPdSi menyampaikan tanggapannya bahwa selama ini ketika
membuat materi di media masih kesulitan dalam hal menentukan font, warna, dan
gambar yang sesuai agar menarik tapi mudah dibaca dan dipahami oleh
siswa.
Selanjutnya Dian Artha dalam pemaparannya mengenai
digital school mengungkapkan, sebenarnya tren digital school ini sudah
diprediksi beberapa tahun yang lalu oleh para ahli, namun ternyata lebih cepat
terjadinya karena pandemi Covid-19. Digital school memungkinkan orang belajar
hanya dengan menyanding secangkir kopi atau teh dan biskuit, sambil duduk
di depan laptop, dan hanya butuh kuota internet.
"Namun, adanya digital school ini memungkinkan
terjadi degradasi moral di kalangan siswa didik yang harus dicari solusinya
lebih lanjut secara lebih serius," pesan Dian Artha.
Saat diskusi, Guru dari Kepulauan Riau Murti
Prastika Wulansari SPd mengeluhkan bahwa tidak semua siswa memiliki jaringan
internet. Hal ini menjadi kendala selama pelaksanaan pembelajaran di era
pandemi Covid-19 secara online.
Menurut Dian Artha, untuk mengatasi problem tersebut
Kemdikbud berencana akan memanfaatkan radio lokal untuk melaksanakan
pembelajaran di wilayah yang sulit jaringan internet.
Dalam pelatihan sesi kedua, Sutriman melalui materi
tentang bagaimana membuat video yang mudah dan tidak lama, membagikan tips yang
bisa menjadi sebuah solusi bagi guru perempuan yang suka kerepotan.
"Karena selain mengajar dan menyiapkan media
pembelajaran mereka harus mengurus rumah tangga. Respon peserta sangat baik
sekali karena mayoritas yang mengikuti pelatihan adalah Guru IPA dan Fisika
perempuan," kata Sutriman.
Kemudian dilanjutkan pemaparan materi oleh Dian
Artha tentang evaluasi pembelajaran secara online menggunakan assessment
diagnostic. Dijelaskan, asessment diagnostic adalah proses sistematis untuk
mengumpulkan data siswa yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan
yang dihadapi dalam belajar.
"Berdasarkan informasi tersebut, guru akan dapat
Menyusun program belajar yang bersifat realistis sesuai dengan kenyataan
obyektif," jelas Dian Artha.
Evaluasi terhadap penerapan teori pelatihan ke dalam
pembelajaran online, menjadi penutup untuk pelatihan sesi ketiga.
Diakui, respon peserta selama pelatihan sangat baik.
"Terbukti mereka semua sangat antusias dan tidak sabar untuk bisa segera
menerapkannya dalam pembelajaran online bersama peserta didik," kata Dian
Artha. (Rio Ardian)
Post a Comment