Kolaborasi BKKBN DIY, UAD, dan Unisa Rumuskan Solusi Strategis Analisis Dampak Kependudukan di DIY
Seminar hasil kajian dan model solusi strategis Analisis Dampak Kependudukan (ADK), di The Rich Hotel, Sleman, Yogyakarta, Selasa (13/10). |
WARTAJOGJA.ID: Untuk mendorong stakeholder dan mitra kerja terkait agar memanfaatkan hasil Analisis Dampak Kependudukan (ADK) sebagai dasar perencanaan strategi, kebijakan, dan program kerja pembangunan khususnya di DIY, Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) DIY mempresentasikan hasil kajian dan model solusi strategis ADK, di The Rich Hotel, Sleman, Yogyakarta, Selasa (13/10). Kajian ini merupakan hasil kolaborasi antara Perwakilan BKKBN DIY bersama Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, dan Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta.
Hadir mewakili Kepala Perwakilan BKKBN DIY Dr Ukik Kusuma Kurniawan SKM MPS MA, Koordinator Bidang (Koorbid) Pengendalian Penduduk (Dalduk) Perwakilan BKKBN DIY Witriastuti Susani Anggraeni SE MM menuturkan, pedoman program ADK tugas dan fungsinya adalah melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis. Lalu penyusunan norma standar prosedur dan kriteria (NSPK), pemantauan dan evaluasi, kemudian pemberian bimbingan teknis, dan fasilitasi di bidang ADK.
"Dalam rangka menjalankan amanat tersebut BKKBN telah membuat berbagai kajian ADK. Yakni berdasarkan aspek-aspek ekonomi, sosial, politik, hankam, dan daya dukung dan daya tampung lingkungan," ujar Anggraeni, didampingi Subkoordinator ADK Perwakilan BKKBN DIY Ewang Sewoko SPsi MA.
Menurut Anggraeni, perlu dirumuskan penyusunan rencana tindak lanjut pemanfaatan hasil kajian dan model solusi ADK ini. Hasil kajian tersebut perlu disebarluaskan supaya meningkatkan komitmen dari stakeholder, mitra kerja terkait, dan masyarakat luas untuk memanfaatkan hasil kajian dan model solusi ADK.
"Sebagai dasar perencanaan, strategi, program kerja pembangunan, dan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan di DIY," ungkap Anggraeni.
Hasil kajian ADK dari Dosen Bimbingan dan Konseling Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta Dr Dody Hartanto SPd MPd menguraikan tentang model intervensi penanganan masalah yang preventif-solutif untuk kenakalan remaja (klitih) di DIY.
Hasil riset Dody Hartanto ini menunjukkan bahwa kenakalan remaja akan selalu beririsan dengan faktor demografis dan psikologis pada setiap indvidu.
"Oleh karena itu diperlukan proses pengembangan yang menekankan pada perbedaan individu atau individual differences dan kasus atau case," kata Dody Hartanto.
Dijelaskan, remaja sebagai generasi penerus bangsa masih terlibat dalam kasus klitih. Permasalahan ini telah mendapat perhatian dan penanganan, namun masih belum mampu menyelesaikan masalah secara komprehensif.
"Penyelesaian masalah klitih saat ini telah dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak. Namun sayangnya belum berbasis keluarga. Kemudian pendekatan penanganan masalahnya pun masih bersifat kuratif. Bukan pendekatan preventif," terang Dody Hartanto.
Menurut Dody Hartanto, kajian tentang bagaimana intervensi penanganan masalah yang preventif-solutif untuk kenakalan remaja (klitih) di DIY ini bertujuan merancang rekomendasi kebijakan bagi BKKBN dalam menyiapkan remaja dan menyelesaikan permasalahan klitih di Yogyakarta.
Penelitian ini, lanjut Dody Hartanto, menyasar orang tua dan remaja yang memiliki potensi melakukan kenakalan remaja (klitih) di DIY, di tiga kabupaten dengan tingkat kecenderungan klitih yang tinggi.
"Hasil penelitian ini masih bersifat hipotetik yang memerlukan uji dalam skala yang lebih luas, agar dapat tepat sasaran," jelas Dody Hartanto.
Dody Hartanto mengembangkan model ini hingga memperoleh HAKI dari Kemenkumham dengan nomor pencatatan 000206276. Disertai dengan pengembangan Buku Panduan Program Pelatihan Pengasuhan, Buku Panduan Program Konseling Keluarga, dan Buku Panduan Program Terintegrasi Pemberdayaan Masyarakat.
Dosen Kebidanan Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta Andari Wuri Astuti SSiT MPH PhD menyajikan hasil kajian ADK mengenai penggunaan metode participatory action research (PAR) untuk membangun ketahanan keluarga melalui program smart tanggap kesehatan Ibu, tumbuh kembang anak, kehamilan remaja, dan kekerasan dalam rumah tangga di Salam, Patuk, Gunungkidul, DIY.
Andari Wuri mengawali dengan penjelasan bahwa metode PAR sangat cocok digunakan untuk mengikutsertakan masyarakat dalam program kesehatan. Misalnya tumbuh kembang balita dan KB. Juga untuk membangun ketahanan keluarga melalui program "Smart Tanggap Tumbuh Kembang Anak dan KB".
Disebutkan, PAR menciptakan program yang melibatkan masyarakat langsung menjadi subyek dalam pengelolaan program secara bottom up.
Dalam prosesnya, PAR juga membawa manfaat seperti penambahan skill, pengetahuan dan juga kesadaran masyarakat terhadap sebuah program kesehatan.
Selain itu, PAR juga melatih masyarakat untuk saling membantu dan bekerjasama. Terlebih karena PAR ini menggunakan teknologi sebagai media.
"Maka bisa memberikan alternatif yang bisa diambil dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat," urai Andari Wuri.
Andari Wuri menjelaskan, program PAR Smart KB ini hendak memberikan edukasi kepada orang tua mengenai tumbuh kembang balita kepada orang tua yang mempunyai anak balita sebagai upaya untuk membangun kesadaran orang tua dalam mendampingi tumbuh kembang anak.
Juga memberikan edukasi kepada Pasangan Usia Subur (PUS) tentang KB dan kontrasepsi sebagai upaya untuk mencegah drop out KB pada masa pandemi Covid-19.
Harapannya bisa diketahui hambatan dan alternatif pemecahan masalah dalam membangun ketahanan keluarga.
"Dilakukan secara blended, online dan offline 2 kali, dengan durasi 2 jam, selama 8 minggu," tambah Andari Wuri.
Bagi pembuat kebijakan, kata Andari Wuri, hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai informasi terkini sebagai referensi untuk membuat kebijakan terkait dengan upaya edukasi.
Sedangkan untuk pemberi pelayanan, lanjut Wuri, hasil penelitian ini sebagai informasi mengenai hambatan dan peluang untuk berinovasi melakukan edukasi.
"Sedangkan bagi masyarakat, penelitian ini melibatkan mereka sehingga mereka bisa secara aktif berkontribusi untuk menjadi bagian dari program edukasi terkait dengan masalah kesehatan tumbuh kembang anak, dan KB pada masa pandemi Covid-19 ini," ucap Andari Wuri.
Instansi yang memiliki slogan 'berencana itu keren' ini, melaksanakan seminar dengan menerapkan secara ketat Protokol Kesehatan Pencegahan Penularan dan Penyebaran Covid-19. Peserta wajib Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak, dan Tidak berkerumun (3M-1T). (Rio Ardian)
Post a Comment