Syarat Tes Kesehatan Dihapus, PHRI DIY : Jika Ada Subsidi Tak Masalah
WARTAJOGJA.ID : Perhimpunan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta menyambut baik langkah pemerintah yang berencana menghapus syarat tes kesehatan bagi pelaku perjalanan di masa pandemi Covid-19.
Hanya saja, PHRI DIY berharap pemerintah tetap bisa memberikan solusi alternatif pengganti agar upaya pencegahan penularan Covid-19 bisa tetap berjalan dan tidak semakin membahayakan masyarakat khususnya wisatawan.
"Kami sambut baik rencana penghilangan syarat test kesehatan itu. Namun protokol kesehatan di masa pandemi ini harus tetap berjalan," kata Ketua PHRI DIY Deddy Pranowo Kamis 13 Agustus 2020.
Deddy mengatakan yang membuat pihaknya setuju penghapusan syarat test kesehatan itu karena selama ini syarat itu menjadi beban berat bagi wisatawan untuk berpergian.
Besarnya biaya yang harus dikeluarkan wisatawan untuk menjalani test kesehatan demi memastikan dirinya bebas Covid dinilai sudah mengganjal niat mereka di awal untuk melakukan perjalanan.
"Masalah syarat test kesehatan ini kan sebetulnya ada di cost yang membebani masyarakat berpergian. Mungkin beban tersebut bisa dibantu subsidi pemerintah," kata Deddy.
Deddy menuturkan untuk pengganti rapid test misalnya, biayanya bisa dibantu pemerintah. Juga subsidi untuk swab. Sehingga pelaku perjalanan tidak lagi memikirkan syarat belibet dan berat yang harus mereka jalani untuk berpergian.
"Jika ada subsidi untuk syarat kesehatan itu, mungkin tidak masalah syarat itu tetap ada. Sehingga masyarakat tak terbebani, perekonomian berjalan, dan upaya pencegahan Covid tetap berlaku," kata Deddy.
Terkait kunjungan wisata di Yogyakarta sendiri, Pemerintah Kota Yogyakarta mengaku mulai merasakan peningkatan tajam memasuki Agustus ini.
Pemerintah Kota Yogya pun musti menyiapkan tambahan personel pengamanan dan pengawasan social distancing di kawasan vital seperti Malioboro.
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengakui penerapan protokol kesehatan seperti social distancing atau jaga jarak di Malioboro masih menjadi pekerjaan rumah besar.
Jogoboro atau personil penjaga Malioboro, jumlahnya memang belum memadai, di samping konsentrasi mereka juga terpecah.
"Tugas Jogoboro banyak, sehingga pengawasan terhadap pengunjung juga mulai sedikit longgar," ujar Heroe.
Ia mengakui, pengunjung Malioboro memang terus meningkat seperti Sabtu malam pekan lalu.
Di mana jumlah pengunjung Malioboro cenderung berjubel dan social distancing banyak diabaikan oleh para pengunjung, meskipun sebenarnya himbauan terus didengungkan. (Cak/Rls)
Post a Comment