Sayembara Desain Pasar Godean, Total Hadiahnya Rp 154 juta
Pertemuan membahas progress Sayembara Pasar Godean Kamis (23/7) |
WARTAJOGJA.ID: Pasar Godean adalah satu ikon
legendarisnya Kabupaten Sleman.
Pasar itu selama ini dikenal masyarakat sebagai satu
destinasi untuk menikmati kuliner belut goreng. Nah, saat ini Pemerintah
Kabupaten Sleman sedang mempersiapkan penataan pasar itu. Agar lebih tertata
dan cantik dipandang.
Melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(Disperindag) Kabupaten Sleman yang bekerja sama dengan Ikatan Arsitek
Indonesia (IAI) DIY, diadakan Sayembara Desain Pasar Godean yang memperebutkan
hadiah total Rp 154 juta !
“Rangkaian sayembara berlangsung mulai Juli sampai
September 2020 ini memasuki tahapan aanwizjing atau penjelasan, kemudian peninjauan
kondisi pasar Godean,” ujar Yuda Saputra selaku Ketua Bidang Penghargaan dan
Sayembara IAI DIY di sela pertemuan dengan 30 orang peserta yang hadir secara tatap muka dan ratusan lainnya secara daring, Kamis (23/7/3030), di Ruang Sembada Setda Sleman.
Yuda mengatakan lomba berskala nasional ini tidak
hanya diikuti peserta dari dalam negeri tetapi juga luar negeri. Adapun juri
terdiri dari Eko Agus Prawoto, Yori Antar,
Jatmika Adi Suryabrata, RR Mae Rusmi Suryaningsih serta Kepala Dinas BPUPKP Kabupaten Sleman.
Jatmika Adi Suryabrata, RR Mae Rusmi Suryaningsih serta Kepala Dinas BPUPKP Kabupaten Sleman.
Para juri berkompeten di bidangnya mulai dari
bangunan hijau, arsitektur nusantara maupun masyarakat yang benar-benar fokus
pasar.
Ketua IAI DIY, Syafudin Mutaqie menambahkan sayembara ini merupakan yang keempat kalinya diadakan IAI DIY dengan Pemkab Sleman. Saat ini telah ada sekitar 91 peserta yang mendaftarnya. “Kami pikir awalnya ini tingkat nasional, tapi ternyata teman-teman yang jauh pun ikut. Ada yang dari Singapura dan ada dari Belgia,” katanya.
Ia mengajak agar para arsitek untuk ikut berpartipasi dalam sayembara ini. Agar profesi seperti ini bisa lebih diterima di kalangan masyarakat.
“Pasar ini kan menjadi satu tempat yang luar biasa. Memberi dorongan perbaikan ekonomi di masa pandemi. Oleh karena itu pasar yg selama ini kumuh akan lahir kembali. Jangan berpikir hanya diperbaiki bangunanannya. Tapi ada ruh pasar, pasar harus hidup 24 jam sehari dan 7 hari seminggu,” kata dia.
Ketua IAI DIY, Syafudin Mutaqie menambahkan sayembara ini merupakan yang keempat kalinya diadakan IAI DIY dengan Pemkab Sleman. Saat ini telah ada sekitar 91 peserta yang mendaftarnya. “Kami pikir awalnya ini tingkat nasional, tapi ternyata teman-teman yang jauh pun ikut. Ada yang dari Singapura dan ada dari Belgia,” katanya.
Ia mengajak agar para arsitek untuk ikut berpartipasi dalam sayembara ini. Agar profesi seperti ini bisa lebih diterima di kalangan masyarakat.
“Pasar ini kan menjadi satu tempat yang luar biasa. Memberi dorongan perbaikan ekonomi di masa pandemi. Oleh karena itu pasar yg selama ini kumuh akan lahir kembali. Jangan berpikir hanya diperbaiki bangunanannya. Tapi ada ruh pasar, pasar harus hidup 24 jam sehari dan 7 hari seminggu,” kata dia.
Sekretaris Disperindag Sleman, Haris Martapa,
menambahkan lomba ini merupakan bagian dari grand desain mempertahankan
keberadaan pasar tradisional di kabupaten tersebut.
“Pasar tradisional harus tetap eksis. Mau tak mau
harus kita pertahankan. Kami prediksi lima sampai sepuluh tahun ke depan mereka
yang masuk pasar adalah anak-anak muda. Jangan sampai desain dan arsitektur
bangunan lebih dulu ditinggalkan. Desain pasar harus eye catching,” ungkapnya.
Pasar Godean merupakan satu dari 19 pasar
tradisional yang potensial. Setiap hari
terutama pagi, pasar sangat padat. Persoalannya, desain arsitektur pasar masih
konvensional sehingga kurang menarik perhatian pengunjung.
Kebanyakan lapak menggunakan terpal. Penempatan
lapak dan kios terkesan tidak teratur. Ditambah lagi kondisi bangunan fisik
tidak layak menampung semua pedagang. Kondisinya pasar itu kini terkesan kumuh,
semrawut, becek dan kotor. Pedagang semakin menjamur menambah sesak pergerakan
di dalam pasar. Belum lagi masalah sulitnya parkir.
“Kerja sama dengan IAI DIY ini harapannya ide dan
gagasan cemerlang para arsitektur IAI mampu mengubah kondisi pasar lebih baik
lagi,” kata dia.
Diakui, sekitar 40 persen pedagang di Pasar Godean
merupakan generasi tua. Mereka sebentar lagi digantikan yang muda.
Itu sebabnya kondisi pasar harus berubah dengan
tetap mempertahankan nuansa tradisional. “Tawar menawar masih ada.
Barang-barang dagangan fresh. Disediakan
lemari pendingin,” tambahnya.
Begitu desain jadi, lanjut dia, langsung
ditindaklanjuti DED (Detail Engineering Design). Pembangunan pasar dijadwalkan
mulai tahun depan dengan anggaran Rp 83,577 miliar.
Setelah dibangun, Pasar Godean dikonsep hidup 24 jam
yang terbagi tiga kelompok waktu yaitu
pagi, siang dan sore untuk masyarakat umum. Sore sampai tengah malam untuk
anak-anak muda menikmati kuliner dan musik di dalam pasar itu. Sedangkan dini
hari untuk aktivitas jual beli sayur mayur. Saat ini jumlah pedagang di pasar
tersebut sekitar 1.988 orang.
Setelah Pasar Godean giliran berikutnya Pasar
Gamping akan dibangun.
(Wan/Gus)
Post a Comment