PKL Malioboro Mulai Beraktivitas Lagi, Ini Kata Sultan HB X
PKL Malioboro mulai beraktivitas pasca libur panjang karena pandemi Covid |
WARTAJOGJA.ID : Segelintir pedagang kaki lima (PKL)
di pusat wisata Yogyakarta, Jalan Malioboro, mulai beraktivitas kembali awal
pekan ini.
Para PKL itu, jumlahnya tak sampai 10 dan jaraknya
saling berjauhan satu sama lain. Para PKL Maliobioboro sendiri hampir
seluruhnya meliburkan diri tak berjualan sejak wabah Covid-19 merebak 2,5 bulan
terakhir.
Raja Keraton Yogyakarta yang juga Gubernur DIY Sri
Sultan Hamengku Buwono X pun tak mempersoalkan ketika aktivitas perekonomian di
Yogya mulai menggeliat kembali. Termasuk di Malioboro.
“Asal pakai jarak (menjaga physical distancing)
tidak masalah, “ ujar Sultan Rabu 3 Juni 2020.
Sultan pun meminta para pelaku ekonomi seperti
pedagang kaki lima di Malioboro yang kembali berjualan menjalankan protokol
kesehatan pencegahan Covid-19.
“Silahkan (berjualan kembali) asal bisa menerapkan
protokol kesehatan,” ujarnya.
Sultan menambahkan dalam pemulihan ekonomi pasca
Covid-19 ini butuh tahapan dan proses sendiri untuk kembali seperti sedia kala.
Tak serta merta ketika usaha perekonomian beroperasi situasinya langsung
seperti semula.
“Kalau pun usaha perekonomian itu sekarang mulai
buka, kan le teko yo durung ono (wisatawan yang datang juga belum ada), wong
semua (daerah) masih zona merah, masih PSBB (pembatasan sosial berskala
besar),” ujar Sultan.
Pantauan Tempo, PKL yang buka kembali itu rata rata
menjual pakaian berbahan batik yang menjadi cinderamata khas Kota Gudeg. Ada
pula satu-dua angkringan yang menjual makanan dan minuman.
Suradi, seorang PKL Malioboro yang mulai membuka
kembali usahanya pasca lebaran mengakui, walau sudah beroperasi, pembeli masih
sangat sepi. Bahkan bisa tidak ada pemasukan sama sekali dalam sehari.
Malioboro masih lengang Juni ini. |
Pihaknya memaklumi situasi itu karena kunjungan
wisatawan ke Yogya pun juga anjlok saat pandemi merebak hingga saat ini. Hari
hari sebelum dan sesudah lebaran di Malioboro juga tak berbeda jauh situasi lengangnya.
“Sebelum wabah dulu sehari hari masih bisa dapat Rp
200-500 ribu, tapi setelah buka kembali ini pemasukan masih nol, belum ada pembeli
datang,” ujarnya.
Suradi menuturkan pihaknya setelah berjualan kembali
tetap mematuhi anjuran pemerintah untuk menjalankan protokol kesehatan. Seperti
pemakaian masker saat ada calon pembeli datang, penggunaan hand sanitizer, dan
tetap menjaga jarak.
Suradi berharap masa new normal yang disiapkan
pemerintah bisa segera terwujud, obyek obyek wisata segera dibuka dan Malioboro
bisa ramai seperti sediakala.
Sekretaris DIY Kadarmanta Baskara Aji menuturkan sebelum
menerapkan masa new normal, Pemda DIY tengah mendorong pemerintah
kabupaten/kota menggelar rapid test acak di wilayahnya.
“Tujuannya untuk memastikan, grafik kasus yang
melandai belakangan ini itu sebenarnya seperti apa. Apakah karena ada sasaran
yang belum kita jangkau untuk test atau memang benar benar melandai,” ujarnya.
Ketua DPRD DIY Nuryadi mendorong Pemda DIY segera
menerbitkan standar operasional prosedur (SOP) untuk masa new normal.
“Terutama SOP di bidang perekonomian, karena saat
ini yang menjadi fokus masyarakat pemulihan ekonomi pasca wabah,” ujarnya.
(Van/Dfr)
Post a Comment