New Normal, Destinasi Wisata Yogya Saling Terhubung Dengan Aplikasi Pemantau Ini
Wisata Jeep Lava Tour Merapi |
WARTAJOGJA.ID : Menyambangi obyek wisata di Yogya di
masa new normal ke depan tak akan seperti cara konvensional : beli tiket, masuk
obyek dan bersenang-senang.
Sebab, sebelum masuk ke berbagai destinasi itu
wisatawan juga bakal diminta lebih dulu mendaftarkan identitasnya secara
digital (ID Digital). Dengan cara unduh sebuah aplikasi lalu scan barcode yang
kelak disediakan di tiap destinasi.
Aplikasi pendata ID Digital bernama Careness itu
kini tengah dipersiapkan Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) DIY.
"Aplikasi ini untuk mengecek mobilitas
wisatawan yang berkunjung ke suatu destinasi. Seandainya sesuatu terjadi,
maka tracing akan menjadi lebih mudah," ujar Kepala Dinas
Kominfo DIY Rony Primanto Hari, Kamis 25 Juni 2020.
Rony menjelaskan aplikasi ini ke depan akan
terhubung dengan semua destinasi wisata di wilayah DIY. Untuk saat ini, baru
ada 10 destinasi wisata pilot project di DIY yang sudah mulai dijajal
menerapkan aplikasi ini.
Adapun 10 destinasi wisata yang dijadikan
percontohan tersebut antara lain Pantai Baron, Pantai Kukup, Pantai
Parangtritis. Selanjutnya, untuk wisata perbukitan ada Pengger, Becici, Pinus
Sari, Seribu Batu, dan Nglanggeran. Dua destinasi yang lainnya adalah Tebing
Breksi dan Goa Kali Suci.
"Wisatawan yang datang di 10 destinasi itu
wajib menunjukkan barcode sebagai identitas digitalnya, mekanismenya
seperti pengecekan barcode saat orang mau naik ke pesawat,"
ujarnya.
Rony menjelaskan aplikasi ini juga akan memudahkan
pengelola objek wisata melakukan analisis mengenai siapa saja yang berkunjung.
Sehingga bisa lebih mempersiapkan fasilitasnya.
Misalnya fasilitas yang tersedia hanya memuat 1000
orang, padahal yang datang lebih, berarti perlu upgrade.
Di sisi lain, untuk kebutuhan penegakan disiplin
protokol pencegahan Covid, dengan adanya data pengguna yang tercatat aplikasi
itu analisis zonasi juga dapat dilakukan. Dengan adanya data yang masuk akan
terlihat kerumunan banyak terjadi di mana. Wilayah yang over kapasitas berarti
memiliki risiko penularan tinggi.
"Ini yang kemudian perlu diantisipasi petugas
seperti Satpol PP dan lainnya agar jangan sampai terjadi klaster baru,"
ujar Rony.
Menurut Rony, tracing yang dilakukan via
aplikasi itu juga dapat digunakan untuk referensi pengambilan kebijakan yang
tidak terkait COVID-19.
"Sementara ini kan yang datang baru warga
Jogja, kalau luar Jogja belum banyak. Data-data itu nantinya akan digunakan
untuk mengambil kebijakan di luar COVID-19," ujarnya.
Misalnya, dari data itu nantinya akan menunjukkan
tingkat usia, pergerakan, kebutuhan-kebutuhan pelayanan dan lainnya.
(Jan/Ges)
Post a Comment