Covid, Pengelola Wisata Gunungkidul Diimbau Cari Sampingan
WARTAJOGJA.ID : Dinas Pariwisata Gunungkidul mencatat lebih dari tiga ribu pelaku wisata terdampak ekonominya akibat wabah virus Corona Covid-19. Mereka pun diimbau untuk mencari peluang usaha baru supaya bisa tetap survive melewati masa pandemi saat ini.
Sekretaris Dinas Pariwisata Gunungkidul Hary Sukmono mengatakan pihaknya sedang berkoordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja dalam melakukan pendataan terhadap pelaku wisata yang terdampak.
Selanjutnya sesuai ketentuan dari pemerintah pusat, diarahkan untuk mendapatkan kartu prakerja dan pelatihan sesuai yang diminati.
“Sesuai dengan kebijakan pemerintah pusat, kami koordinasi dengan dinas tenaga kerja,” katanya saat dihubungi pada Rabu (15/4/2020)
Hary mengatakan dampak ekonomi di sektor pariwisata cukup signifikan. Sejauh ini sudah terdata 42 destinasi telah ditutup sejak 24 Maret lalu sampai batas waktu yang belum dipastikan.
Dari 42 destinasi itu ada Sumber Daya Manusia (SDM) sebanyak 3.635 orang yang terdampak. Estimasi kehilangan peredaran uang sampai akhir Mei mendatang dari jasa wisata diperkirakan mencapai Rp100 miliar. “Sampai Desember nanti perkiraannya bisa mencapai lebih dari Rp500 miliar,” katanya.
Hary menyebut sesuai dengan arahan pemerintah pusat, untuk Maret sampai Mei mendatang merupakan masa tanggap darurat. Kemudian pada Juni hingga Desember yakni masa pemulihan. Sedangkan selama satu tahun pada 2021 nanti, yakni masa normalisasi.
Hary menyarankan supaya para pelaku wisata ini bisa tetap survive melewati masa pandemi ini, supaya mencari peluang usaha baru guna mencukupi kebutuhan ekonominya.
“Ikuti anjuran pemerintah, kami berusaha untuk bisa menyelamatkan sektor pariwisata. Perlu mencoba peluang usaha, coba usaha lain untuk masa tanggap darurat ini. Selain itu sabar dan berdoa agar segera berlalu masa pandemi ini,” ucapnya.
Bidang Pemasaran Pokdarwis Gunung Api Purba Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Heru Purwanto mengatakan ada lebih dari seratus orang dari Pokdarwisnya yang terdampak ekonomi karena penutupan destinasi sejak Maret lalu.
Heru mengatakan sampai sejauh ini belum ada insentif yang diberikan dari pemerintah. Namun ada arahan supaya melakukan pengisian data untuk mendapatkan kartu prakerja dan pelatihan. “Insentif kami belum dapat,” katanya.
Heru mengungkapkan para pelaku wisata saat ini beralih profesi berkebun dan bertani untuk mencukupi kebutuhan. “Kalau saya pribadi saat ini mulai usaha pembuatan roti,” ucapnya.
(Bin/War)
Post a Comment